SELAMAT DATANG DI BLOG JOGJA TV, HADIR DENGAN TRADISI KHAS JOGJA DARI JAM 06.00 WIB - 24.00 WIBKAPOLRES CIREBON AKBP HERUKOCO YANG MENJADI KORBAN BOM BUNUH DIRI DI MASJID MILIK MAPOLRES CIREBON KOTA SUDAH MULAI STABIL AKBP HERUKOCO MENJALANI RAWAT INAP DI RS PERTAMINA, KOTA CIREBON, JAWA BARATKORBAN BOM BUNUH DIRI DI MASJID MAPOLRESTA CIREBON 30 ORANG LUKA, 24 DIANTARANYA POLISI POLISI MASIH MENCARI IDENTITAS PELAKU BOM BUNUH DIRI YANG TEWAS DALAM SERANGAN BOM TERSEBUTFORUM UMAT ISLAM (FUI): PELAKU BOM BUNUH DIRI TAK PAHAM ATURAN JIHADFUI MENGUTUK BOM BUNUH DIRI DI MASJID MAPOLRES CIREBONFUI MENDUGA ADA UPAYA UNTUK MENGADU DOMBA UMAT ISLAM DAN POLISIFUI MEMINTA UMAT ISLAM AGAR WASPADA TERHADAP AKSI-AKSI PROVOKATIFSEBUAH KAPAL TUA DITEMUKAN DI AREAL SAWAH MILIK LASMIJAN DI JALUR 16 DESA MARGOMULYO, KECAMATAN MUARASUGIHAN, BANYUASINSEORANG TKI DI YORDANIA BERNAMA NURUL AHMAD LUKMAN DISIKSA MAJIKANNYA HINGGA BUTA SEBELAHPEMERINTAH SUDAH MENGIRIM PASUKAN KHUSUS UNTUK MEMBEBASKAN SANDERAPEMERINTAH AKHIRNYA MEMILIH JALUR NEGOSIASI DAN MEMPERSIAPKAN UANG UNTUK MENEBUS SANDERA YANG DITAWAN PEROMPAK SOMALIAPARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) AKAN TETAP BERADA DI DALAM KOALISI HINGGA 2014MENTERI AGAMA SURYA DHARMA ALI MENGUTUK AKSI BOM BUNUH DIRI DI MAPOLRESTA CIREBON, JAWA BARAT (15/4)PRAKIRAAN CUACA DI DIY HARI INI: HUJAN RINGAN, SUHU: 22 – 31 DERAJAT CELCIUS, KELEMBABAN: 59 – 97 PERSENMOTIF DAN IDENTITAS PELAKU BOM BUNUH DIRI DI MAPOLRES CIREBON BELUM DIKETAHUIANTISIPASI AKSI BOM, TENTARA DAN POLISI JAGA BANDARA SOEKARNO-HATTAKOMISI YUDISIAL (KY) MENEMUKAN INDIKASI ADANYA PENGABAIAN BUKTI YANG DILAKUKAN HAKIM PADA PERKARA ANTASARI AZHARNATO MEMINTA MAAF ATAS TERBUNUHNYA SEMBILAN WARGA SIPIL SAAT BEROPERASI DI KAWASAN AFGANISTAN TIMUR LAUT

Friday, September 21, 2012

Kirab Budaya Bedhol Keprajan

Travelling
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Senin 17 September 2012

Yogyakartamerupakan kota budaya yang memiliki obyek-obyek wisata unggulan yang sangat khas dan tidak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satu keunikan kota Yogyakarta terletak pada tradisi dan budaya lokal yang masih terjaga baik hingga saat ini. Warisan budaya ini menjadi senjata ampuh untuk mengenalkan Yogyakarta di kancah nasional maupun internasional.

Selama ini Yogyakarta dikenal indentik dengan Kraton Kasultanan Yogyakartaya. Namun perlu diketahui  bahwa di kota ini pernah berdiri Kerajaan Mataram Islam sebagai cikal bakal Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton Kasultanan Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam ini berpusat di Kotagede yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta.  Hingga kini sisa-sisa bangunan sejarah Mataram Islam di Kotagede masih bisa dijumpai.
Pemerintah menetapkan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya dan mengembangkan Kotagede sebagai tujuan wisata budaya dan sejarah. Bangunan-bangunan di Kotagede yang memiliki ciri khas unik dengan gang-gang sempitnya terus dijaga kelestariannya hingga kini.

Untuk mengenang berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, masyarakat setempat menggelar event budaya berupa kirab budaya Bedhol Kaprajan. Acara tersebut digelar  7 September 2012 di Kotagede. Penyelenggara acara adalah masyarakat Kotagede melalui Yayasan Pusdok atau Pusat Studi Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede  bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui kirab ini, masyarakat Kotagede ingin menunjukkan eksistensinya sebagai keturunan dari leluhur pada jaman Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, juga ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan Kotagede yang  terus melaju dari waktu ke waktu tidak sertamerta meninggalkan budaya asli yang dimiliki. Inilah wujud jatidiri masyarakat Kotagede yang sesungguhnya.

Selain untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan kotagede  kirab budaya bedhol kaprajan juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri.  Selama ini wisatawan hanya mengenal Kraton Kasultanan Yogyakarta saja. sehingga melalui acara kirab budaya ini  wisatawan akan tahu dan mengenal lebih jauh tentang keberadaan sebuah Kerajaan Mataram Islam di kotagede yang menjadi cikal bakal dari Kerajaan Kasunanan Suurakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Kirab bedhol keprajan juga menjadi media promosi wisata untuk mengenalkan Kotagede kepada masyarakat luas.

Kirab bedhol keprajan dimulai dari  lapangan Karang Kotagede dan berakhir di situs Watu Gilang.  Perserta kirab ini terdiri dari beberapa kelompok yang berasal dari masyarakat kota gede  serta beberapa kelompok seni dan budaya.  Masyarakat dan wisatawan terlihat antusias menyaksikan kirab budaya yang menyimpan makna sejarah ini.

Kirab budaya ini merupakan  wujud penghormatan kepada cikal bakal pendiri Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yakni  Sutowijaya yang bergelar Panembahan Senopati. Selain itu,  kirab budaya ini juga memberikan penyadaran dan pembelajaran sejarah bahwa masyarakat Kotagede saat ini adalah keturunan dari masyarakat yang dulu didatangkan Sutowijaya dari daerah lain untuk meramaikan pusat Kerajaan Mataram Islam di Kotagede. Masyarakat Kotagede adalah masyarakat yang dulu ditinggalkan ketika raja dan para kerabatnya pindah ke kraton baru di Plered.
Dalam kirab budaya bedhol kaprajan tersebut dibawa simbol-simbol yang mengambarkan awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yaitu ketika Sutawijaya memboyong Kerajaan Pajang untuk membangun sebuah kerajaan baru di Kotagede. Disamping memboyong pusaka-pusaka kerajaan,  Sutowijaya juga membawa kebudayaan dari Kerajaan Pajang. Semua benda yang diboyong itu diperagakan peserta kirab dalam acara bedhol kaprajan ini.

Sebuah kelompok drum band bermain mengawali barisan kirab kemudian disusul bregodo pengawal Kerajaan Mataram. Setelah itu dilanjutkan para sentono atau keluarga dekat Sutowijaya  yaitu mbok emban  atau pelayan perempuan, dan kerabat dekat yang membawa alat-alat rumah tangga seperti dandang, dahkinang, kecohan, paidon  dan lain-lain.
Selanjutnya disusul kelompok inti dari bedhol kaprajan  yaitu tokoh Sutowijaya berkuda membawa replika tombak kyai pleret, Ki Ageng Pemanahan berkuda membawa replika keris kyai sengkelat, Ki Juru Mertani berkuda membawa replika keris nagasasra sabuk inten  dan barisan alim ulama yang dikawal oleh bregodo khusus pengawal.

Peserta kirab selanjutnya adalah empat kelompok pembawa pusaka. Terdiri dari empat satria yang membawa pusaka gong Kyai Sekar Delima, myang kendhali kyai macan guguh, jathayu cekathikan, dan songsong kebesaran bersusun tiga, serta ditambah beberapa prajurit membawa dampar kencana atau singgasana raja.
Di belakang rombongan inti kirab adalah kelompok pembawa peralatan kerajaan. Kelompok ini menceritakan prajurit-prajurit boyongan yang membawa bangunan bangsal pendopo, tiang kayu istana, dan seperangkat gamelan. Kelompok terakhir dari kirab ini adalah barisan abdi dalem yang memikul sepasang gunungan lanang dan wadon.

Gunungan adalah symbol sedekah raja kepada rakyatnya. Dalam upacara bedhol kaprajan ini  isi dan susunan gunungan adalah bungkusan-bungkusan dari daun jati dilambari daun pisang berisi nasi bancakan khas kesukaan Panembahan Senopati. Bungkusan ini berupa nasi gudangan, srundeng, gereh pethek, kacang abang, kacang tholo, dele ireng goring, sambel tempe goring, dan telur goreng. Kedua gunungan ini pada akhir acara akan dibagikan kepada masyarakat tanpa harus berebut sebagai simbol penghormatan bahwa Panembahan Senopati selalu bertindak adil dan bijaksana dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Namun sayang, sebelum gunungan dibagikan sudah direbut oleh warga yang hadir.
http://new.jogjatv.tv/berita/19/09/2012/travelling-kirab-budaya-bedhol-keprajan

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

© 2011 Jogjatv template. Powered by Blogger.

Jogja TV by M. Safii