SELAMAT DATANG DI BLOG JOGJA TV, HADIR DENGAN TRADISI KHAS JOGJA DARI JAM 06.00 WIB - 24.00 WIBKAPOLRES CIREBON AKBP HERUKOCO YANG MENJADI KORBAN BOM BUNUH DIRI DI MASJID MILIK MAPOLRES CIREBON KOTA SUDAH MULAI STABIL AKBP HERUKOCO MENJALANI RAWAT INAP DI RS PERTAMINA, KOTA CIREBON, JAWA BARATKORBAN BOM BUNUH DIRI DI MASJID MAPOLRESTA CIREBON 30 ORANG LUKA, 24 DIANTARANYA POLISI POLISI MASIH MENCARI IDENTITAS PELAKU BOM BUNUH DIRI YANG TEWAS DALAM SERANGAN BOM TERSEBUTFORUM UMAT ISLAM (FUI): PELAKU BOM BUNUH DIRI TAK PAHAM ATURAN JIHADFUI MENGUTUK BOM BUNUH DIRI DI MASJID MAPOLRES CIREBONFUI MENDUGA ADA UPAYA UNTUK MENGADU DOMBA UMAT ISLAM DAN POLISIFUI MEMINTA UMAT ISLAM AGAR WASPADA TERHADAP AKSI-AKSI PROVOKATIFSEBUAH KAPAL TUA DITEMUKAN DI AREAL SAWAH MILIK LASMIJAN DI JALUR 16 DESA MARGOMULYO, KECAMATAN MUARASUGIHAN, BANYUASINSEORANG TKI DI YORDANIA BERNAMA NURUL AHMAD LUKMAN DISIKSA MAJIKANNYA HINGGA BUTA SEBELAHPEMERINTAH SUDAH MENGIRIM PASUKAN KHUSUS UNTUK MEMBEBASKAN SANDERAPEMERINTAH AKHIRNYA MEMILIH JALUR NEGOSIASI DAN MEMPERSIAPKAN UANG UNTUK MENEBUS SANDERA YANG DITAWAN PEROMPAK SOMALIAPARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) AKAN TETAP BERADA DI DALAM KOALISI HINGGA 2014MENTERI AGAMA SURYA DHARMA ALI MENGUTUK AKSI BOM BUNUH DIRI DI MAPOLRESTA CIREBON, JAWA BARAT (15/4)PRAKIRAAN CUACA DI DIY HARI INI: HUJAN RINGAN, SUHU: 22 – 31 DERAJAT CELCIUS, KELEMBABAN: 59 – 97 PERSENMOTIF DAN IDENTITAS PELAKU BOM BUNUH DIRI DI MAPOLRES CIREBON BELUM DIKETAHUIANTISIPASI AKSI BOM, TENTARA DAN POLISI JAGA BANDARA SOEKARNO-HATTAKOMISI YUDISIAL (KY) MENEMUKAN INDIKASI ADANYA PENGABAIAN BUKTI YANG DILAKUKAN HAKIM PADA PERKARA ANTASARI AZHARNATO MEMINTA MAAF ATAS TERBUNUHNYA SEMBILAN WARGA SIPIL SAAT BEROPERASI DI KAWASAN AFGANISTAN TIMUR LAUT

Saturday, September 29, 2012

Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni

BHI
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
Kamis 27 September 2012
Seiring perkembangan teknologi telah ditemukan terobosan dalam pembuatan batik secara besar-besaran. Perkembangan teknologi ini nyata-nyata menggeser keberadaan batik tulis yang proses pembuatannya memerlukan waktu cukup lama. Hadirnya industri batik memunculkan adanya batik palsu yang menjadi rival batik asli.
Teknologi telah memunculkan adanya batik cap, batik printing, duplex print maupun tekstil motif batik. Sekilas, batik palsu tersebut mirip sekali dengan batik tulis karena memang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Namun jika dicermati, batik palsu goresannya tidak pas dan terkesan kaku. Di samping itu, antara sisi luar dan sisi dalamnya juga tidak sama. Berbeda dengan batik asli yang antara sisi luar dan dalamnya tetap sama dan goresan motifnya terlihat luwes. Demikian dijelaskan oleh Anggota Dewan Kebudayaan yang juga praktisi batik, Haryani Winotosastro.

Menyikapi maraknya batik palsu dibutuhkan perhatian pemerintah untuk memberi label pada setiap produk batik agar konsumen tidak tertipu. Dalam hal ini perajin maupun pedagang batik harus jujur dalam mencatumkan label pada produknya, misalnya label batik tulis, cap, printing, tekstil motif batik, batik kombinasi maupun duplex print. Jenis yang terakhir ini merupakan batik printing namun antara sisi luar dan dalam sama persis sehingga menyerupai batik tulis. Untuk itu dibutuhkan labelisasi yang jujur agar konsumen tidak menjadi korban penipuan.
Harga batik non tulis memang lebih murah sehingga banyak konsumen yang terpikat. Namun masyarakat harus sadar bahwa batik tulis adalah warisan budaya yang harus dijaga. Menurut Owner Apip Batik, Afif Syakur, “Batik Indonesia memiliki falasah tinggi dan berbeda dengan batik dari negara-negara lain yang tanpa makna.” Menurutnya membuat batik tulis adalah memberi nyawa dalam selembar kain. Setiap goresan batik memiliki makna religius dan budaya agar pemakainya menjadi mulia.

Bahkan bagi masyarakat Jawa batik adalah bagian hidup manusia. Sejak manusia lahir hingga meninggal selalu menggunakan batik. Mengingat begitu pentingnya batik dalam kehidupan manusia maka tidak etis jika batik tulis digantikan dengan batik palsu. Sebagai pewaris budaya, masyarakat harus berpartisipasi turut melestarikan batik asli dengan memakai batik tulis dalam setiap kesempatan. Batik tulis tidak selalu mahal, misalnya batik madura, dan batik bantulan adalah batik tulis yang harganya berkisar di bawah Rp.100.000. Batik tulis membuat pemakainya tampak elegan karena dalam setiap goresan batik tulis  terkandung harapan mulia.

Read More..

BHI Peringatan Hari Karangtaruna

BHI
Peringatan Hari Karangtaruna
Rabu 26 September 2012

Majunya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Pemuda menjadi garda terdepan dalam pembangunan. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga yang berlandaskan spirit pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut adalah Karangtaruna.

Bertepatan dengan peringatan Hari Karangtaruna, 26 September 2012, Karangtaruna di Dhusun Jolosutra, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul dideklarasikan oleh tokoh masyarakat setempat sebagai Dusun Kebangsaan. Hal ini tidak lepas dari kiprah muda-mudi desa tersebut yang peduli terhadap nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat di desa tersebut berupaya menggali nilai-nilai Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Karangtaruna Desa Srimulyo memanfaatkan potensi pemuda, potensi wisata, potensi olahraga dan potensi budaya yang ada di desa Srimulyo. Demikian disampaikan oleh Ketua Karangtaruna Berprestasi Nasional 2011 Desa Srimulyo, Piyungan Bantul, Didik Joko Nugroho.

Atas kiprahnya memajukan masyarakat, Pemerintah pusat memilih Karangtaruna Desa Srimulyo sebagai karangtaruna terbaik tingkat nasional pada tahun 2011. Sebelumnya, yakni pada tahun 2005 dan 2009 Karangtaruna Desa Srimulyo juga pernah menyabet gelar juara pertama tingkat nasional. Ketua Karangtaruna Provinsi DIY, GKR Pembayun mengatakan, “Karangtaruna beranggotakan generasi muda mulai dari usia 11 tahun – 45 tahun”. Kegiatan karangtaruna lebih bersifat sosial seperti mengurangi pengangguran, memberikan pelatihan wirausaha, menggerakkan sanggar budaya dan lain-lain. Sebagai contoh adalah didirikannya kedai kopi online di Desa Srimulyo, Piyungan Bantul. Para pemuda Desa Srimulyo bersama-sama denga warga mengelola kedai kopi online dengan berpijak pada nilai-nilai sosial.

Sebagai organisasi sosial, karangtaruna memiliki dua tugas pokok, yaitu membina generasi muda dan memberikan kesejahteraan sosial. Berbagai masalah sosial seperti mencegah timbulnya permasalahan sosial, mengatasi pengangguran dan menanamkan nilai nasionalisme merupakan  tanggung jawab karangtaruna.  Kiprah yang dilakukan oleh Karangtaruna Desa Srimulyo bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk melakukan hal yang sama. karena tanggung jawab memajukan bangsa ada di pundak pemuda. Demikian diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Drs. Sulistya, SH., M.Si.

Read More..

Thursday, September 27, 2012

BHI - Uji Kompetensi Guru


BHI
Uji Kompetensi Guru :
Upaya Memotret Kemampuan dan Keprofesionalan Guru
Senin 24 September 2012

Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi sesuai bidang tugasnya. Mengacu Undang-undang ini maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru-guru di Indonesia.
Di Wilayah DIY Uji Kompetensi Guru (UKG) tahap pertama telah diselenggarakan pada bulan juli 2012 dan selanjutnya UKG tahap kedua akan digelar pada bulan oktober 2012. Untuk wilayah Bantul dan Sleman UKG akan dilaksanakan pada tanggal  9-12 Oktober 2012. Sedangkan untuk Kabupaten Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta UKG akan digelar pada tanggal 16-19 Oktober 2012. Demikian disampaikan oleh Kepala LPMP DIY, Drs. Harmanta, M.Si.

Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY, Drs. Baskara Aji mengatakan, “Uji Kompetensi Guru dilaksanakan untuk memetakan kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya baik dari segi akademis maupun pedagogi”. Dari hasil UKG tahap pertama yang dilaksanakan bulan juli lalu, DIY mendapat skor nilai terbaik di seluruh Indonesia walaupun nilai rata-ratanya hanya mencapai 4,7. Namun setidaknya hasil ini bisa memacu semangat para guru dalam meningkatkan kemampuannya.

Setelah kemampuan guru dipetakan berdasarkan hasil dari UKG selanjutnya guru wajib mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan, sehingga diharapkan ke depan mutu pendidikan di Indonesia akan semakin baik.

Read More..

Wednesday, September 26, 2012

Traveling - Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012

Traveling
Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Senin 24 September 2012

Sebagai upaya nyata meneguhkan eksistensi keistimewaan Yogyakarta, beberapa waktu lalu Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar acara Festival Bentara Upacara Adat 2012 bertempat di depan Bangsal Pagelaran Kraton  Alun-alun utara Yogyakarta.

Festival tersebut diikuti lima kelompok yang masing-masing mewakili 4 Kabupaten dan 1 Kotamadya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.  Acara ini menampilkan lima upacara adat unggulan dari masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi DIY. Masyarakat dan wisatawan baik domestic maupun mancanegara terlihat antusias menyaksikan Festival Bentara Upacara Adat 2012. Melalui acara ini wisatawan bisa mengetahui bahwa Yogyakarta sebagai Kota Budaya memiliki aneka ragam upacara adat di tiap kabupaten/kota. Kekayaan budaya ini patut dijadikan potensi wisata untuk menarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.

Adabanyak sekali upacara adat di Yogyakarta. Hampir setiap daerah di Yogyakarta memiliki upacara adat yang berbeda-beda. Upacara adat itu dilakukan secara turun temurun dan merupakan wujud nyata tanggung jawab masyarakat Yogyakarta untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang. Upacara adat merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada umatnya. Hal ini penting untuk dipahami masyarakat umum karena selama ini mereka terlanjur mengartikan bahwa upacara adat tradisional adalah sebuah sikap musrik terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tepat pukul 13.00 WIB  acara festival dengan tema “Meneguhkan Eksistensi Keistimewaan Yogyakarta dimulai. Acara  diawali dengan kirab peserta sepanjang jalan dari museum sonobudoyo menuju depan bangsal pagelaran kraton yogyakarta. Selanjutnya masing-masing kelompok menampilkan  upacara adat yang dibawakan di depan Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta.

Sebagai kelompok pertama adalah perwakilan dari Sleman yang menampilkan upacara adat Sadranan Agung Pangeran Poeroeboyo. Upacara adat berasal dari Desa Sendangtirto Berbah Sleman.
Selanjutnya kelompok kedua adalah perwakilan dari Bantul yang menampilkan upacara adat kupatan jolosutro . Upacara adat ini berasal dari daerah Srimulyo Piyungan Bantul.

Setelah perwakilan dari Bantul  dilanjutkan perwakilan dari Kulon Progo yang menampilkan upacara adat nggumbregi  dari daerah Jatimulyo, Girimulyo. Biasanya warga menggelar upacara ini pada waktu pagi, di hari selasa kliwon atau jumat kliwon setiap bulan suro. Upacara nggumbregi merupakan ungkapan rasa syukur warga ke hadirat Tuhan, atas limpahan rejeki yang berupa raja kaya atau hewan ternak.
Kelompok ke empat adalah perwakilan dari Kota Yogyakarta yang menampilkan upacara adat jogo kali winongo dari daerah Notoprajan Ngampilan, Yogyakarta. Upacara ini untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai sarana membangkitkan semangat warga dalam menjaga lingkungan, terutama kebersihan sungai.

Kelompok terakhir adalah perwakilan dari Gunungkidul yang menampilkan upacara adat bersih kali gunungbang. Upacara adat ini berasal Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.  Ritual yang juga disebut ritual bersih kyai sejati ini  dilakukan dengan melakukan bersih-bersih pada tiga sumber air di gunungbang  yaitu sumur lanang, sumur wedok dan comberan yang konon merupakan salah satu petilasan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan kecukupan air, keselamatan dan kesembuhan warga dari penyakit dan marabahaya.
Melalui atraksi seperti ini  diharapkan upacara adat dan budaya dari setiap daerah di Provinsi DIY bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Read More..

Saturday, September 22, 2012

BHI - Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta

BHI
Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
Senin 17 September 2012

Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen membangun ruang terbuka hijau untuk mewujudkan keseimbangan alam. Ruang terbuka hijau adalah ruang untuk paru-paru kota. Wujudnya antara lain taman kota, taman lingkungan, taman jalan, dan taman privat yang ada di tingkat rumah tangga. Saat ini, ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta sudah mencapai 34 persen. Angka ini melebihi dari target yang ditetapkan, yakni 30 persen.

Untuk mewujudkan ruang terbuka hijau Pemerintah Kota Yogyakarta membeli lahan di kampung-kampung yang digunakan untuk membuat ruang terbuka hijau sebagai public space. Namun, jika tidak tersedia lahan pemerintah akan membuat pergola untuk tanaman yang bisa meneduhkan. Ruang terbuka hijau bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan oksigen dan juga untuk resapan air. Untuk melaksanakan program ini Kota Yogyakarta sudah mencapai ruang terbuka hijau sebanyak 34 persen. Demikian diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir.Eko Suryo Maharsono, MM.
Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Yang pertama dilakukan adalah membentuk green community atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, misalnya komunitas merti code, sego segawe, jari polah dan lain-lain. Jika kelompok-kelompok seperti ini sudah terbentuk maka program penghijauan akan mudah tercapai.

Kaitannya dengan program ruang terbuka hijau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta menginventarisir lahan-lahan  yang bisa dikembangkan untuk ruang terbuka hijau. Tahun ini di daerah Gambiran Yogyakarta ada lahan seluas 6200 M2 yang akan digunakan untuk membuat ruang terbuka hijau. Di lahan ini akan dibangun taman yang bisa digunakan untuk kepentingan public. Pembangunan taman tersebut saat ini pada tahap detail engineering design. Selain membangun taman kota di daerah Gambiran Yogyakarta, Pemkot juga berencana akan menghidupkan kembali embung yang dulu ada di Langensari, Pengok Yogyakarta. Pembangunan embung dimaksudkan untuk persediaan air dan juga mencegah banjir. Demikian dijelaskan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, Ir. Edy Muhmmad.

Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Provinsi DIY, Ir.Hananto, MSc., mengatakan, “Tahun 2012 ini Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat untuk melaksanakan program ruang terbuka hijau. Bantuan itu  dimaksudkan untuk mendorong masyarakat agar sukses dalam merealisasikan ruang terbuka hijau.
http://new.jogjatv.tv/berita/20/09/2012/bhi-kebijakan-pembangunan-ruang-terbuka-hijau-kota-yogyakarta

Read More..

Friday, September 21, 2012

Kirab Budaya Bedhol Keprajan

Travelling
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Senin 17 September 2012

Yogyakartamerupakan kota budaya yang memiliki obyek-obyek wisata unggulan yang sangat khas dan tidak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satu keunikan kota Yogyakarta terletak pada tradisi dan budaya lokal yang masih terjaga baik hingga saat ini. Warisan budaya ini menjadi senjata ampuh untuk mengenalkan Yogyakarta di kancah nasional maupun internasional.

Selama ini Yogyakarta dikenal indentik dengan Kraton Kasultanan Yogyakartaya. Namun perlu diketahui  bahwa di kota ini pernah berdiri Kerajaan Mataram Islam sebagai cikal bakal Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton Kasultanan Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam ini berpusat di Kotagede yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta.  Hingga kini sisa-sisa bangunan sejarah Mataram Islam di Kotagede masih bisa dijumpai.
Pemerintah menetapkan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya dan mengembangkan Kotagede sebagai tujuan wisata budaya dan sejarah. Bangunan-bangunan di Kotagede yang memiliki ciri khas unik dengan gang-gang sempitnya terus dijaga kelestariannya hingga kini.

Untuk mengenang berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, masyarakat setempat menggelar event budaya berupa kirab budaya Bedhol Kaprajan. Acara tersebut digelar  7 September 2012 di Kotagede. Penyelenggara acara adalah masyarakat Kotagede melalui Yayasan Pusdok atau Pusat Studi Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede  bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui kirab ini, masyarakat Kotagede ingin menunjukkan eksistensinya sebagai keturunan dari leluhur pada jaman Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, juga ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan Kotagede yang  terus melaju dari waktu ke waktu tidak sertamerta meninggalkan budaya asli yang dimiliki. Inilah wujud jatidiri masyarakat Kotagede yang sesungguhnya.

Selain untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan kotagede  kirab budaya bedhol kaprajan juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri.  Selama ini wisatawan hanya mengenal Kraton Kasultanan Yogyakarta saja. sehingga melalui acara kirab budaya ini  wisatawan akan tahu dan mengenal lebih jauh tentang keberadaan sebuah Kerajaan Mataram Islam di kotagede yang menjadi cikal bakal dari Kerajaan Kasunanan Suurakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Kirab bedhol keprajan juga menjadi media promosi wisata untuk mengenalkan Kotagede kepada masyarakat luas.

Kirab bedhol keprajan dimulai dari  lapangan Karang Kotagede dan berakhir di situs Watu Gilang.  Perserta kirab ini terdiri dari beberapa kelompok yang berasal dari masyarakat kota gede  serta beberapa kelompok seni dan budaya.  Masyarakat dan wisatawan terlihat antusias menyaksikan kirab budaya yang menyimpan makna sejarah ini.

Kirab budaya ini merupakan  wujud penghormatan kepada cikal bakal pendiri Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yakni  Sutowijaya yang bergelar Panembahan Senopati. Selain itu,  kirab budaya ini juga memberikan penyadaran dan pembelajaran sejarah bahwa masyarakat Kotagede saat ini adalah keturunan dari masyarakat yang dulu didatangkan Sutowijaya dari daerah lain untuk meramaikan pusat Kerajaan Mataram Islam di Kotagede. Masyarakat Kotagede adalah masyarakat yang dulu ditinggalkan ketika raja dan para kerabatnya pindah ke kraton baru di Plered.
Dalam kirab budaya bedhol kaprajan tersebut dibawa simbol-simbol yang mengambarkan awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yaitu ketika Sutawijaya memboyong Kerajaan Pajang untuk membangun sebuah kerajaan baru di Kotagede. Disamping memboyong pusaka-pusaka kerajaan,  Sutowijaya juga membawa kebudayaan dari Kerajaan Pajang. Semua benda yang diboyong itu diperagakan peserta kirab dalam acara bedhol kaprajan ini.

Sebuah kelompok drum band bermain mengawali barisan kirab kemudian disusul bregodo pengawal Kerajaan Mataram. Setelah itu dilanjutkan para sentono atau keluarga dekat Sutowijaya  yaitu mbok emban  atau pelayan perempuan, dan kerabat dekat yang membawa alat-alat rumah tangga seperti dandang, dahkinang, kecohan, paidon  dan lain-lain.
Selanjutnya disusul kelompok inti dari bedhol kaprajan  yaitu tokoh Sutowijaya berkuda membawa replika tombak kyai pleret, Ki Ageng Pemanahan berkuda membawa replika keris kyai sengkelat, Ki Juru Mertani berkuda membawa replika keris nagasasra sabuk inten  dan barisan alim ulama yang dikawal oleh bregodo khusus pengawal.

Peserta kirab selanjutnya adalah empat kelompok pembawa pusaka. Terdiri dari empat satria yang membawa pusaka gong Kyai Sekar Delima, myang kendhali kyai macan guguh, jathayu cekathikan, dan songsong kebesaran bersusun tiga, serta ditambah beberapa prajurit membawa dampar kencana atau singgasana raja.
Di belakang rombongan inti kirab adalah kelompok pembawa peralatan kerajaan. Kelompok ini menceritakan prajurit-prajurit boyongan yang membawa bangunan bangsal pendopo, tiang kayu istana, dan seperangkat gamelan. Kelompok terakhir dari kirab ini adalah barisan abdi dalem yang memikul sepasang gunungan lanang dan wadon.

Gunungan adalah symbol sedekah raja kepada rakyatnya. Dalam upacara bedhol kaprajan ini  isi dan susunan gunungan adalah bungkusan-bungkusan dari daun jati dilambari daun pisang berisi nasi bancakan khas kesukaan Panembahan Senopati. Bungkusan ini berupa nasi gudangan, srundeng, gereh pethek, kacang abang, kacang tholo, dele ireng goring, sambel tempe goring, dan telur goreng. Kedua gunungan ini pada akhir acara akan dibagikan kepada masyarakat tanpa harus berebut sebagai simbol penghormatan bahwa Panembahan Senopati selalu bertindak adil dan bijaksana dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Namun sayang, sebelum gunungan dibagikan sudah direbut oleh warga yang hadir.
http://new.jogjatv.tv/berita/19/09/2012/travelling-kirab-budaya-bedhol-keprajan

Read More..

Thursday, September 20, 2012

Cemara Udang The Green Wind Breaker

Blusukan
Cemara Udang: The Green Wind Breaker
Rabu 19 September 2012

Beberapa waktu terakhir efek pemanasan global telah menyebabkan kenaikan air laut akibat melelehnya es di kutub. Gelombang pasang menggerus pasir di pesisir pantai sehingga menyebabkan garis pantai semakin menyempit. Banyak hal yang mempengaruhi, ketika atmosfer memanas maka lapisan permukaan lautan juga akan memanas. Hal tersebut menyebabkan naiknya tinggi permukaan laut. Pemanasan global telah menyebabkan melelehnya es di kutub. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat hingga 25 centimeter selama abad ke-20 dan naik hingga mendekati satu meter pada abad 21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan air setinggi satu meter dikhawatirkan akan menenggelamkan beberapa daerah dan pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai dan bukit pasir meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.

Kerusakan yang terjadi di kawasan pantai selatan Yogyakarta setidaknya telah menggugah masyarakat untuk lebih memperhatikan alam. Menanam pohon adalah solusi terbaik untuk mengatasi pemanasan global. Pohon dapat menyerap gas karbondioksida di udara sehingga mengurangi peningkatan suhu di atmosfer.

Langkah masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir pantai memang telah menunjukkan hasil yang baik, seperti yang dilakukan oleh warga pesisir pantai Patehan Gadingsari terutama dalam pengelolaan kawasan pesisir. Pohon yang ditanam di daerah pesisir pantai adalah jenis cemara udang. Suku cemara-cemaraanatau casuarinaceae terdiri dari sekitar 70 jenis. Sebagian besar suku ini terdapat di belahan bumi selatan terutama di wilayah tropis termasuk Indo-Malaysia, Australia, dan kepulauan Pasifik. cemara adalah tanaman hijau  yang sepintas disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan besar, terlihat seperti jarum dan buahnya mirip runjung kecil. Cemara mempunyai bunga, jantan dan betina. Bunga betina tampak seperti berkas rambut kecil dan kemerah-merahan.

Pantai Goa Cemara terletak di Dusun Patehan, Gadingsari, Kecamatan Ssanden Kabupaten Bantul. Disebut Goa Cemara karena di sepanjang pantai ditumbuhi rerimbunan pohon cemara udang yang membentuk lorong di tengah-tengahnya mirip seperti goa.

Penanaman pohon cemara berawal dari pemikiran warga untuk mencegah pengikisan pasir pantai. Salah satunya adalah dengan  memecah angina (wind breaker) sehingga angina tidak masuk ke daratan. Warga setempat memilih tanaman cemara udang atau casuarina equessetifolia yang mampu menahan angin dan dapat hidup di pesisir pantai. Penanaman cemara udang di kawasan pesisir selatan Yogyakarta ini merupakan upaya konservasi dari abrasi air laut. Cemara udang yang memiliki akar tunjang ini mampu mencengkeram tanah dan pasir  sehingga menjadi benteng alam dari terjangan ombak samudra hindia. Bentuk pantai yang curam menjadi bukti alam bahwa kawasan pantai di Kabupaten Bantul ini rawan abrasi.

Wind breaker yang dibuat oleh warga pesisir pantai goa cemara ini sedikit banyak telah mempengaruhi pertanian mereka. Sebelumnya tanaman pertanian lahan pasir di pesisir pantai selatan Yogyakarta tidak membuahkan hasil yang maksimal. Angin laut mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan malah merusak tanaman. Namun sekarang, berkat pohon cemara udang yang mereka tanam maka hasil pertanian di lahan pasir bisa lebih maksimal.

Saksikan selengkapnya dalam Blusukan, Rabu 19 September 2012 Pukul 19.30 WIB

Read More..

Wednesday, September 19, 2012

BHI - Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

BHI
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Sabtu 15 September 2012

Secara struktural perempuan sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Hal ini tidak lepas dari budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai kelas ke dua atau subordinat dari laki-laki. Kebijakan pemerintah yang termanisfestasi dalam produk hukum pun masih belum berpihak pada kaum perempuan, misalnya Perda Prostitusi di Bantul.
Perlakuan diskriminatif terhadap perempuan tidak selamanya dilakukan oleh laki-laki, namun ada juga yang dilakukan oleh sesama perempuan. Bahkan secara sistemik, diskriminatif terhadap perempuan sudah membudaya, misalnya siswi hamil dilarang ikut ujian, perempuan dilarang keluar malam hari, perempuan harus sunat dan lain-lain. Bahkan, buku-buku pelajaran SD yang memuat tulisan ibu menanak nasi, bapak membaca koran juga dinilai mendidik anak untuk menempatkan posisi perempuan sebagai kelas ke dua. Demikian dikatakan oleh Bagian Pengembangan Program LSM “Satu Nama” Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) Asteria Metta.

Budaya patriarki yang melekat kuat dalam masyarakat inilah yang harus dibenahi agar perempuan mendapatkan haknya sama dengan laki-laki. Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) saat ini sedang mengawal Perda perlindungan korban kekerasan dan mendorong berbagai macam advokasi, misalnya hak perempuan mendapatkan aborsi yang aman dan legal. Legalitas aborsi mencuat menyusul banyaknya korban pemerkosaan di bawah umur. Perempuan korban perkosaan ini biasanya tidak mau hamil karena secara sosial mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, korban kemudian menggugurkan janin dalam kandungannya dengan cara tidak aman. Lain halnya jika ada kebijakan yang melindungi hak reproduksi perempuan maka kasus aborsi tidak aman tidak akan terjadi.
Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) merupakan jaringan yang anggotanya terdiri dari individu ataupun LSM di Yogyakarta dan luar Yogyakarta. JPY concern terhadap issu perempuan dan anak. Sebagai jaringan, JPY mengupayakan advokasi hingga terjadi perubahan di tingkat kebijakan.

Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin mengatakan, “Dalam ilmu kriminologi perempuan adalah kaum rentan yang sering menjadi korban kekerasan”. Maka sudah sewajarnya hukum memberikan perlindungan lebih kepada kaum perempuan. Perempuan harus didorong agar berkembang sama seperti laki-laki dan tidak dibatasi ruang lingkupnya. Budaya patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi lemah harus dibenahi agar perempuan mampu mengutarakan pendapatnya. Saat ini LBH sedang mengawal proses legislasi DPR agar seluruh produk hukum yang berkaitan dengan perempuan bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan. Selain itu  LBH memberikan bantuan hukum kepada perempuan korban kekerasan tanpa memungut biaya.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/bhi-anti-kekerasan-terhadap-perempuan

Read More..

Tuesday, September 18, 2012

Gardu Projo Tamansari - Keistimewaan Diy Dalam Konteks Pengembangan Seni Budaya Dan Pariwisata Di Bantul

Gardu Projo Tamansari
Keistimewaan DIY Dalam Konteks Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata di Kabupaten Bantul
Senin 17 September 2012

DPRD beserta seluruh rakyat Bantul bersyukur atas disyahkan Undang-Undang No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Setelah resmi menjadi daerah istimewa, Pemerintah DIY mengajukan dana keistimewaan ke pemerintah pusat yang besarnya sekitar Rp 1,2 trilyun. Rencananya 70% dari dana tersebut akan digunakan untuk alokasi budaya. Dalam kaitannya dengan dana keistimewaan ini DPRD Kabupaten Bantul akan memajukan Desawisata yang bertumpu pada kearifan local, pembinaan seni budaya dan juga pelestarian heritage sebagai warisan pusaka.

Saat ini, dana keistimewaan sedang dibahas di tingkat pusat dan nantinya setelah disetujui, pihak pemerintah daerah istimewa Yogyakarta tinggal membuat mekanisme pembagiannya saja. Dengan adanya dana keistimewaan ini maka DIY sebagai daerah pariwisata akan semakin kuat. Diharapkan  Kabupaten Bantul sebagai salah satu daerah wisata akan  mendapatkan dana keistimewaan tersebut agar manfaatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat Bantul. Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata seperti wisata pantai, peninggalan bangunan bersejarah, aneka ragam seni dan budaya. Berbagai potensi wisata ini layak dikembangkan dan dikelola dengan baik agar laku dijual kepada wisatawan. Bahkan DPRD Kabupaten Bantul berharap ingin menjadikan Bantul sebagai pintu masuknya wisatawan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Demikian diungkapkan oleh Sekretaris Komisi B DPRD Kabupaten Bantul, Amir Syarifudin.

Kaitannya dengan pengembangan pariwisata di Bantul, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Bantul, Edy Prabowo, SE mengharap warisan budaya dari nenek moyang bisa lebih diperhatikan. Bantul memiliki situs kerajaan Mataram Islam yang terletak di sebagian wilayah Pleret. Selain itu, peninggalan rumah adat jawa di Kotagede yang merupakan bagian dari wilayah Bantul kondisinya juga memprihatinkan. Oleh karena itu, nantinya jika dana keistimewaan turun akan diprioritaskan untuk membenahi warisan budaya heritage, pembinaan kesenian dan juga untuk menumbuhkan desawisata baru. Dengan memprioritaskan tiga point ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat Bantul.

Bantul terkenal sebagai kantong budaya. Daerah ini memiliki banyak seniman dan budayawan. Namun sayangnya, pola pengembangan seni dan budaya masih bersifat sporadis. Oleh karena itu nanti setelah dana keistimewaan turun pemerintah kabupaten Bantul perlu membuat strategi pengembangan kebudayaan agar penyelenggaraannya bisa dikelola dengan baik. Setiap daerah di DIY memiliki event festival sendiri-sendiri, termasuk juga kabupaten Bantul. Penyelenggaraan festival ini memerlukan strategi tepat agar tidak bertabrakan dengan event yang diselenggarakan di daerah lain, sehingga nantinya penyelenggaraan festival antar daerah satu dengan daerah lainnya bisa saling mengisi. Strategi kebudayaan perlu dibuat karena merupakan wujud konsekuensi dari penerimaan dana keistimewaan. Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Bantul, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum.

http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/gardu-projo-tamansari-keistimewaan-diy-dalam-konteks-pengembangan-seni-budaya-dan-

Read More..

Monday, September 17, 2012

Warna-Warni Pendidikan - Festival Langen Carita dan Kethoprak Lesung 2012

Warna-Warni Pendidikan
Festival Langen Carita dan Kethoprak Lesung 2012
Jumat 14 September 2012

Sebagai wujud upaya melestarikan kesenian tradisional langen carita dan ketoprak lesung, 9 September 20120 Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar acara bertajuk festival langen carita dan ketoprak lesung Yogyakarta. Acara yang digelar di pendopo kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini  diikuti oleh kelompok-kelompok paguyuban kesenian dari 4 kabupaten dan 1 kota yang ada di DIY.

Langen carita adalah kesenian tradisional berupa cerita yang dimainkan secara berkelompok dengan koreografi tarian dan lagu-lagu jawa serta iringan musik gamelan. Langen carita merupakan  operet anak tradisional jawa.
Sementara itu, ketoprak lesung  adalah kesenian tradisional yang berkiblat pada kesenian ketoprak namun menggunakan lesung sebagai alat musik pengiring utamanya. Selain menggunakan media utama lesung, kethoprak ini juga menggunakan alat musik pendukung, seperti kendang, terbang, dan seruling. Namun seiring perkembangan jaman  alat musik lain pun ikut disertakan mengiringi pertunjukan kesenian ini agar lebih menarik. Sedangkan lagu yang dinyanyikan dalam kethoprak lesung adalah tembang-tembang yang sesuai dengan tema cerita. Tembang itu tidak hanya dinyanyikan oleh sinden tetapi seluruh pemain musik juga ikut bernyanyi bersama-sama sehingga nuansa kerakyatan terasa sangat kental.


Cerita yang dimainkan pada pertunjukan kethoprak lesung adalah cerita-cerita rakyat yang populer di kalangan rakyat kalangan bawah. Selain itu, dongeng-dongeng sejarah juga sering menjadi tema pada pertunjukan ketoprak lesung. Yang membedakan kethoprak lesung dengan ketoprak lainnya adalah adanya unsur tari yang dimainkan secara improvisasi ketika pemain masuk ataupun keluar dari panggung pertunjukan. Ketika terjadi pergantian setting cerita ataupun keluar masuk tokoh baru dalam cerita, musik lesung akan dimainkan beserta lagu yang sesuai dengan tema cerita. Selama musik dan lagu ini dimainkan seluruh pemain yang ada dipanggung akan menari secara secara improvisasi.

Riwatanya, ketoprak lesung dimainkan sebagai pertunjukan rakyat pada malam hari  dengan menggunakan obor sebagai penerangannya. Lama durasi pertunjukannya pun bervariasi, bisa setengah malam  ataupun semalam suntuk. Kini pertunjukan kethoprak lesung menjadi pertunjukan langka dan hanya dimainkan oleh sangar-sanggar kesenian tradisional. Sedangkan durasi pertunjukannya bisa lebih dipersingkat.
Dalam festival langen carita dan kethoprak lesung yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DIY tersebut ada beberapa lakon yang dimainkan oleh peserta. Dalam kesempatan itu, perwakilan dari Kulonprogo menampilkan langen carita berjudul “Ngesat Rawa Pesanggrahan Glagah”. Sementara itu, perwakilan dari Kota Yogyakarta membawakan cerita berjudul “AjiSaka”. Perwakilan dari Kabupaten Bantul membawakan cerita berjudul “Nawangsih Papa”. Sedangkan perwakilan dari Kabupaten Sleman membawakan cerita “Kala Murda” dan perwakilan dari Kabupaten Gunungkidul membawakan cerita “Kancil Nyolong Timun”.

Lakon-lakon cerita ini dimainkan dengan sangat menarik oleh para peserta yang masih anak-anak. Melalui kesenian tradisional seperti ini mereka belajar untuk bermain seni peran, melakukan koreografi tarian dan gerak  serta berdialog dalam bahasa jawa. Festival langen carita tersebut akhirnya dimenangkan oleh perwakilan dari Kota Yogyakarta yang membawakan cerita berjudul “Ajisaka”.
Setelah festival langen carita selanjutnya melihat festival kethoprak lesung. Pada kategori ini pertunjukan yang dimainkan peserta semakin menarik karena pemainnya tidak hanya anak-anak  namun lebih banyak usia remaja. Pada kesempatan itu, kelompok kethoprak lesung perwakilan dari Kabupaten Bantul membawakan cerita berjudul “Ken Warsi”. Kemudian perwakilan dari Kabupaten Sleman membawakan lakon berjudul “Kumbang Katumenggungan”. Sedangkan perwakilan dari Kota Yogyakarta membawakan cerita berjudul “Retno Dumilah” dan Kabupaten Kulonprogo membawakan cerita berjudul “Laskar Nyi Ageng Serang”.

Festival kethoprak lesung ini dimenangkan oleh perwakilan dari Kulonprogo dengan judul “Laskar Nyi Ageng Serang”. Juri menilai kelompok kethoprak lesung ini  menampilkan plot cerita yang kreatif dengan selingan lawak.
Saksikan selengkapnya dalam Warna-Warni Pendidikan, 14 September 2012 pukul 18.00.

Read More..

Sunday, September 16, 2012

Inspirasi Gaya - Sekar Jagad Pelestari Batik Tradisional

Inspirasi Gaya
Sekar Jagad Pelestari Batik Tradisional
Kamis 13 September 2012

Inspirasi Gaya edisi kamis (13/9) menampilkan fashion show batik klasik yang digelar oleh Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad  sabtu (8/9) lalu di Pendapa Parasamya Kabupaten Bantul. Sekar Jagad sengaja menggelar pameran dan fashion show batik di Bantul karena ingin menjadikan Bantul istimewa dengan batik klasiknya.

Fashion show tersebut menampilkan rancangan desainer ternama Goetpuspo dan Amin Hendra Wijaya serta didukung oleh model putra-putri Bantul dan koreografer Andi Karang. Acara tersebut dihadiri oleh 100 perajin batik dari Kabupaten Bantul dan juga dihadiri oleh Bupati Bantul, Ida Idham Samawi. Selain itu, SMP Stelladuce 1 Yogyakarta membuktikan kepeduliannya terhadap batik dengan membatik baju seragamnya sesuai dengan kreasi masing-masing. Selanjutnya batik hasil kreasi para siswa tersebut diperagakan oleh mereka sendiri dalam ajang tersebut.


Dalam pergelaran  fashion show Sekar Jagad ini dibagi menjadi tiga sekuen. Sekuen pertama dengan menggelar pameran kain batik  klasik Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang diperagakan oleh para anggota PPBI Sekar Jagad. Batik klasik yang di pamerkan ini ada berbagai macam motif asli dari Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman. Motif tersebut yaitu motif semen, ceplok, parang kusumo dan masih banyak lagi. Goresan corak batik dalam motif tersebut banyak mengandung makna didalamnya.\


Selanjutnya, sekuen kedua menampilkan karya dari perancang senior Goetpoespo. Perancang yang telah go international ini menampilkan busana ready to wear dari bahan batik klasik dengan warna alam. Karya rancangan dari Goetpoespo tersebut terbilang unik karena tanpa dijahit sedikitpun.

Sekuen terakhir menghadirkan karya desainer Amin Hendrawijaya. Dalam kesempatan itu sang perancang menampilkan karya busana ready to wear dari bahan batik klasik dan juga perpaduan lurik serta batik. Dengan memadukan bahan batik dan lurik kemudian tercipta semboyan batik lurik pantas dilirik karena cantik dan simpatik.

Saksikan selengkapnya dalam Inspirasi Gaya, Kamis 13 September 2012 Pukul 18.00 WIB.

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

© 2011 Jogjatv template. Powered by Blogger.

Jogja TV by M. Safii