BHI
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
Kamis 27 September 2012
Seiring
perkembangan teknologi telah ditemukan terobosan dalam pembuatan batik
secara besar-besaran. Perkembangan teknologi ini nyata-nyata menggeser
keberadaan batik tulis yang proses pembuatannya memerlukan waktu cukup
lama. Hadirnya industri batik memunculkan adanya batik palsu yang
menjadi rival batik asli.
Teknologi telah memunculkan adanya batik
cap, batik printing, duplex print maupun tekstil motif batik. Sekilas,
batik palsu tersebut mirip sekali dengan batik tulis karena memang
dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Namun jika dicermati, batik palsu
goresannya tidak pas dan terkesan kaku. Di samping itu, antara sisi
luar dan sisi dalamnya juga tidak sama. Berbeda dengan batik asli yang
antara sisi luar dan dalamnya tetap sama dan goresan motifnya terlihat
luwes. Demikian dijelaskan oleh Anggota Dewan Kebudayaan yang juga
praktisi batik, Haryani Winotosastro.
Menyikapi
maraknya batik palsu dibutuhkan perhatian pemerintah untuk memberi
label pada setiap produk batik agar konsumen tidak tertipu. Dalam hal
ini perajin maupun pedagang batik harus jujur dalam mencatumkan label
pada produknya, misalnya label batik tulis, cap, printing, tekstil motif
batik, batik kombinasi maupun duplex print. Jenis yang terakhir ini
merupakan batik printing namun antara sisi luar dan dalam sama persis
sehingga menyerupai batik tulis. Untuk itu dibutuhkan labelisasi yang
jujur agar konsumen tidak menjadi korban penipuan.
Harga batik non
tulis memang lebih murah sehingga banyak konsumen yang terpikat. Namun
masyarakat harus sadar bahwa batik tulis adalah warisan budaya yang
harus dijaga. Menurut Owner Apip Batik, Afif Syakur, “Batik Indonesia
memiliki falasah tinggi dan berbeda dengan batik dari negara-negara lain
yang tanpa makna.” Menurutnya membuat batik tulis adalah memberi nyawa
dalam selembar kain. Setiap goresan batik memiliki makna religius dan
budaya agar pemakainya menjadi mulia.
Bahkan
bagi masyarakat Jawa batik adalah bagian hidup manusia. Sejak manusia
lahir hingga meninggal selalu menggunakan batik. Mengingat begitu
pentingnya batik dalam kehidupan manusia maka tidak etis jika batik
tulis digantikan dengan batik palsu. Sebagai pewaris budaya, masyarakat
harus berpartisipasi turut melestarikan batik asli dengan memakai batik
tulis dalam setiap kesempatan. Batik tulis tidak selalu mahal, misalnya
batik madura, dan batik bantulan adalah batik tulis yang harganya
berkisar di bawah Rp.100.000. Batik tulis membuat pemakainya tampak
elegan karena dalam setiap goresan batik tulis terkandung harapan
mulia.
Saturday, September 29, 2012
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
BHI Peringatan Hari Karangtaruna
BHI
Peringatan Hari Karangtaruna
Rabu 26 September 2012
Majunya
sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Pemuda menjadi
garda terdepan dalam pembangunan. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga
yang berlandaskan spirit pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut
adalah Karangtaruna.
Bertepatan
dengan peringatan Hari Karangtaruna, 26 September 2012, Karangtaruna di
Dhusun Jolosutra, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul dideklarasikan oleh
tokoh masyarakat setempat sebagai Dusun Kebangsaan. Hal ini tidak lepas
dari kiprah muda-mudi desa tersebut yang peduli terhadap nilai-nilai
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat di desa tersebut berupaya
menggali nilai-nilai Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, Karangtaruna Desa Srimulyo memanfaatkan potensi
pemuda, potensi wisata, potensi olahraga dan potensi budaya yang ada di
desa Srimulyo. Demikian disampaikan oleh Ketua Karangtaruna Berprestasi
Nasional 2011 Desa Srimulyo, Piyungan Bantul, Didik Joko Nugroho.
Atas
kiprahnya memajukan masyarakat, Pemerintah pusat memilih Karangtaruna
Desa Srimulyo sebagai karangtaruna terbaik tingkat nasional pada tahun
2011. Sebelumnya, yakni pada tahun 2005 dan 2009 Karangtaruna Desa
Srimulyo juga pernah menyabet gelar juara pertama tingkat nasional.
Ketua Karangtaruna Provinsi DIY, GKR Pembayun mengatakan, “Karangtaruna
beranggotakan generasi muda mulai dari usia 11 tahun – 45 tahun”.
Kegiatan karangtaruna lebih bersifat sosial seperti mengurangi
pengangguran, memberikan pelatihan wirausaha, menggerakkan sanggar
budaya dan lain-lain. Sebagai contoh adalah didirikannya kedai kopi
online di Desa Srimulyo, Piyungan Bantul. Para pemuda Desa Srimulyo
bersama-sama denga warga mengelola kedai kopi online dengan berpijak
pada nilai-nilai sosial.
Sebagai
organisasi sosial, karangtaruna memiliki dua tugas pokok, yaitu membina
generasi muda dan memberikan kesejahteraan sosial. Berbagai masalah
sosial seperti mencegah timbulnya permasalahan sosial, mengatasi
pengangguran dan menanamkan nilai nasionalisme merupakan tanggung jawab
karangtaruna. Kiprah yang dilakukan oleh Karangtaruna Desa Srimulyo
bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk melakukan hal
yang sama. karena tanggung jawab memajukan bangsa ada di pundak pemuda.
Demikian diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Drs.
Sulistya, SH., M.Si.
Thursday, September 27, 2012
BHI - Uji Kompetensi Guru
BHI
Uji Kompetensi Guru :
Upaya Memotret Kemampuan dan Keprofesionalan Guru
Senin 24 September 2012
Undang-Undang
No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa profesi
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi sesuai bidang tugasnya. Mengacu Undang-undang ini
maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru-guru di Indonesia.
Di
Wilayah DIY Uji Kompetensi Guru (UKG) tahap pertama telah
diselenggarakan pada bulan juli 2012 dan selanjutnya UKG tahap kedua
akan digelar pada bulan oktober 2012. Untuk wilayah Bantul dan Sleman
UKG akan dilaksanakan pada tanggal 9-12 Oktober 2012. Sedangkan untuk
Kabupaten Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta UKG akan digelar
pada tanggal 16-19 Oktober 2012. Demikian disampaikan oleh Kepala LPMP
DIY, Drs. Harmanta, M.Si.
Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY, Drs. Baskara Aji mengatakan,
“Uji Kompetensi Guru dilaksanakan untuk memetakan kemampuan guru dalam
menjalankan tugasnya baik dari segi akademis maupun pedagogi”. Dari
hasil UKG tahap pertama yang dilaksanakan bulan juli lalu, DIY mendapat
skor nilai terbaik di seluruh Indonesia walaupun nilai rata-ratanya
hanya mencapai 4,7. Namun setidaknya hasil ini bisa memacu semangat para
guru dalam meningkatkan kemampuannya.
Setelah
kemampuan guru dipetakan berdasarkan hasil dari UKG selanjutnya guru
wajib mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan, sehingga
diharapkan ke depan mutu pendidikan di Indonesia akan semakin baik.
Wednesday, September 26, 2012
Traveling - Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Traveling
Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Senin 24 September 2012
Sebagai
upaya nyata meneguhkan eksistensi keistimewaan Yogyakarta, beberapa
waktu lalu Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menggelar acara Festival Bentara Upacara Adat 2012 bertempat di depan
Bangsal Pagelaran Kraton Alun-alun utara Yogyakarta.
Festival
tersebut diikuti lima kelompok yang masing-masing mewakili 4 Kabupaten
dan 1 Kotamadya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara
ini menampilkan lima upacara adat unggulan dari masing-masing kabupaten
dan kota di Provinsi DIY. Masyarakat dan wisatawan baik domestic maupun
mancanegara terlihat antusias menyaksikan Festival Bentara Upacara Adat
2012. Melalui acara ini wisatawan bisa mengetahui bahwa Yogyakarta
sebagai Kota Budaya memiliki aneka ragam upacara adat di tiap
kabupaten/kota. Kekayaan budaya ini patut dijadikan potensi wisata untuk
menarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.
Adabanyak
sekali upacara adat di Yogyakarta. Hampir setiap daerah di Yogyakarta
memiliki upacara adat yang berbeda-beda. Upacara adat itu dilakukan
secara turun temurun dan merupakan wujud nyata tanggung jawab masyarakat
Yogyakarta untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang. Upacara
adat merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan
kepada umatnya. Hal ini penting untuk dipahami masyarakat umum karena
selama ini mereka terlanjur mengartikan bahwa upacara adat tradisional
adalah sebuah sikap musrik terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tepat
pukul 13.00 WIB acara festival dengan tema “Meneguhkan Eksistensi
Keistimewaan Yogyakarta dimulai. Acara diawali dengan kirab peserta
sepanjang jalan dari museum sonobudoyo menuju depan bangsal pagelaran
kraton yogyakarta. Selanjutnya masing-masing kelompok menampilkan
upacara adat yang dibawakan di depan Bangsal Pagelaran Kraton
Yogyakarta.
Sebagai kelompok pertama adalah perwakilan dari Sleman yang menampilkan upacara adat Sadranan Agung Pangeran Poeroeboyo. Upacara adat berasal dari Desa Sendangtirto Berbah Sleman.
Selanjutnya kelompok kedua adalah perwakilan dari Bantul yang menampilkan upacara adat kupatan jolosutro . Upacara adat ini berasal dari daerah Srimulyo Piyungan Bantul.
Setelah perwakilan dari Bantul dilanjutkan perwakilan dari Kulon Progo yang menampilkan upacara adat nggumbregi
dari daerah Jatimulyo, Girimulyo. Biasanya warga menggelar upacara ini
pada waktu pagi, di hari selasa kliwon atau jumat kliwon setiap bulan
suro. Upacara nggumbregi merupakan ungkapan rasa syukur warga ke hadirat Tuhan, atas limpahan rejeki yang berupa raja kaya atau hewan ternak.
Kelompok ke empat adalah perwakilan dari Kota Yogyakarta yang menampilkan upacara adat jogo kali winongo
dari daerah Notoprajan Ngampilan, Yogyakarta. Upacara ini untuk memohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai sarana
membangkitkan semangat warga dalam menjaga lingkungan, terutama
kebersihan sungai.
Kelompok terakhir adalah perwakilan dari Gunungkidul yang menampilkan upacara adat bersih kali gunungbang. Upacara adat ini berasal Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul. Ritual yang juga disebut ritual bersih kyai sejati
ini dilakukan dengan melakukan bersih-bersih pada tiga sumber air di
gunungbang yaitu sumur lanang, sumur wedok dan comberan yang konon
merupakan salah satu petilasan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan sebagai
ungkapan puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan kecukupan air,
keselamatan dan kesembuhan warga dari penyakit dan marabahaya.
Melalui
atraksi seperti ini diharapkan upacara adat dan budaya dari setiap
daerah di Provinsi DIY bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Saturday, September 22, 2012
BHI - Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
BHI
Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
Senin 17 September 2012
Pemerintah
Kota Yogyakarta berkomitmen membangun ruang terbuka hijau untuk
mewujudkan keseimbangan alam. Ruang terbuka hijau adalah ruang untuk
paru-paru kota. Wujudnya antara lain taman kota, taman lingkungan, taman
jalan, dan taman privat yang ada di tingkat rumah tangga. Saat ini,
ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta sudah mencapai 34 persen. Angka
ini melebihi dari target yang ditetapkan, yakni 30 persen.
Untuk
mewujudkan ruang terbuka hijau Pemerintah Kota Yogyakarta membeli lahan
di kampung-kampung yang digunakan untuk membuat ruang terbuka hijau
sebagai public space. Namun, jika tidak tersedia lahan
pemerintah akan membuat pergola untuk tanaman yang bisa meneduhkan.
Ruang terbuka hijau bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan oksigen dan
juga untuk resapan air. Untuk melaksanakan program ini Kota Yogyakarta
sudah mencapai ruang terbuka hijau sebanyak 34 persen. Demikian
diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir.Eko
Suryo Maharsono, MM.
Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Yang pertama dilakukan adalah membentuk green community
atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, misalnya
komunitas merti code, sego segawe, jari polah dan lain-lain. Jika
kelompok-kelompok seperti ini sudah terbentuk maka program penghijauan
akan mudah tercapai.
Kaitannya
dengan program ruang terbuka hijau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kota Yogyakarta menginventarisir lahan-lahan yang bisa
dikembangkan untuk ruang terbuka hijau. Tahun ini di daerah Gambiran
Yogyakarta ada lahan seluas 6200 M2 yang akan digunakan untuk membuat
ruang terbuka hijau. Di lahan ini akan dibangun taman yang bisa
digunakan untuk kepentingan public. Pembangunan taman tersebut saat ini
pada tahap detail engineering design. Selain membangun taman
kota di daerah Gambiran Yogyakarta, Pemkot juga berencana akan
menghidupkan kembali embung yang dulu ada di Langensari, Pengok
Yogyakarta. Pembangunan embung dimaksudkan untuk persediaan air dan juga
mencegah banjir. Demikian dijelaskan oleh Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, Ir. Edy Muhmmad.
Kepala
Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Provinsi DIY,
Ir.Hananto, MSc., mengatakan, “Tahun 2012 ini Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Kulonprogo mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat untuk
melaksanakan program ruang terbuka hijau. Bantuan itu dimaksudkan untuk
mendorong masyarakat agar sukses dalam merealisasikan ruang terbuka
hijau.
http://new.jogjatv.tv/berita/20/09/2012/bhi-kebijakan-pembangunan-ruang-terbuka-hijau-kota-yogyakarta
Friday, September 21, 2012
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Travelling
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Senin 17 September 2012
Yogyakartamerupakan
kota budaya yang memiliki obyek-obyek wisata unggulan yang sangat khas
dan tidak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satu keunikan kota
Yogyakarta terletak pada tradisi dan budaya lokal yang masih terjaga
baik hingga saat ini. Warisan budaya ini menjadi senjata ampuh untuk
mengenalkan Yogyakarta di kancah nasional maupun internasional.
Selama
ini Yogyakarta dikenal indentik dengan Kraton Kasultanan Yogyakartaya.
Namun perlu diketahui bahwa di kota ini pernah berdiri Kerajaan Mataram
Islam sebagai cikal bakal Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton
Kasultanan Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam ini berpusat di Kotagede
yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta. Hingga kini
sisa-sisa bangunan sejarah Mataram Islam di Kotagede masih bisa
dijumpai.
Pemerintah menetapkan Kotagede sebagai kawasan cagar
budaya dan mengembangkan Kotagede sebagai tujuan wisata budaya dan
sejarah. Bangunan-bangunan di Kotagede yang memiliki ciri khas unik
dengan gang-gang sempitnya terus dijaga kelestariannya hingga kini.
Untuk
mengenang berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, masyarakat
setempat menggelar event budaya berupa kirab budaya Bedhol Kaprajan.
Acara tersebut digelar 7 September 2012 di Kotagede. Penyelenggara
acara adalah masyarakat Kotagede melalui Yayasan Pusdok atau Pusat Studi
Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede bekerjasama dengan Dinas
Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui kirab ini,
masyarakat Kotagede ingin menunjukkan eksistensinya sebagai keturunan
dari leluhur pada jaman Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, juga ingin
menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan Kotagede yang
terus melaju dari waktu ke waktu tidak sertamerta meninggalkan budaya
asli yang dimiliki. Inilah wujud jatidiri masyarakat Kotagede yang
sesungguhnya.
Selain
untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan kotagede kirab budaya bedhol
kaprajan juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri. Selama ini
wisatawan hanya mengenal Kraton Kasultanan Yogyakarta saja. sehingga
melalui acara kirab budaya ini wisatawan akan tahu dan mengenal lebih
jauh tentang keberadaan sebuah Kerajaan Mataram Islam di kotagede yang
menjadi cikal bakal dari Kerajaan Kasunanan Suurakarta dan Kasultanan
Yogyakarta. Kirab bedhol keprajan juga menjadi media promosi wisata
untuk mengenalkan Kotagede kepada masyarakat luas.
Kirab
bedhol keprajan dimulai dari lapangan Karang Kotagede dan berakhir di
situs Watu Gilang. Perserta kirab ini terdiri dari beberapa kelompok
yang berasal dari masyarakat kota gede serta beberapa kelompok seni dan
budaya. Masyarakat dan wisatawan terlihat antusias menyaksikan kirab
budaya yang menyimpan makna sejarah ini.
Kirab
budaya ini merupakan wujud penghormatan kepada cikal bakal pendiri
Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yakni Sutowijaya yang bergelar
Panembahan Senopati. Selain itu, kirab budaya ini juga memberikan
penyadaran dan pembelajaran sejarah bahwa masyarakat Kotagede saat ini
adalah keturunan dari masyarakat yang dulu didatangkan Sutowijaya dari
daerah lain untuk meramaikan pusat Kerajaan Mataram Islam di Kotagede.
Masyarakat Kotagede adalah masyarakat yang dulu ditinggalkan ketika raja
dan para kerabatnya pindah ke kraton baru di Plered.
Dalam kirab
budaya bedhol kaprajan tersebut dibawa simbol-simbol yang mengambarkan
awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yaitu ketika
Sutawijaya memboyong Kerajaan Pajang untuk membangun sebuah kerajaan
baru di Kotagede. Disamping memboyong pusaka-pusaka kerajaan,
Sutowijaya juga membawa kebudayaan dari Kerajaan Pajang. Semua benda
yang diboyong itu diperagakan peserta kirab dalam acara bedhol kaprajan
ini.
Sebuah
kelompok drum band bermain mengawali barisan kirab kemudian disusul
bregodo pengawal Kerajaan Mataram. Setelah itu dilanjutkan para sentono
atau keluarga dekat Sutowijaya yaitu mbok emban atau pelayan
perempuan, dan kerabat dekat yang membawa alat-alat rumah tangga seperti
dandang, dahkinang, kecohan, paidon dan lain-lain.
Selanjutnya
disusul kelompok inti dari bedhol kaprajan yaitu tokoh Sutowijaya
berkuda membawa replika tombak kyai pleret, Ki Ageng Pemanahan berkuda
membawa replika keris kyai sengkelat, Ki Juru Mertani berkuda membawa
replika keris nagasasra sabuk inten dan barisan alim ulama yang dikawal
oleh bregodo khusus pengawal.
Peserta
kirab selanjutnya adalah empat kelompok pembawa pusaka. Terdiri dari
empat satria yang membawa pusaka gong Kyai Sekar Delima, myang kendhali
kyai macan guguh, jathayu cekathikan, dan songsong kebesaran bersusun
tiga, serta ditambah beberapa prajurit membawa dampar kencana atau
singgasana raja.
Di belakang rombongan inti kirab adalah kelompok
pembawa peralatan kerajaan. Kelompok ini menceritakan prajurit-prajurit
boyongan yang membawa bangunan bangsal pendopo, tiang kayu istana, dan
seperangkat gamelan. Kelompok terakhir dari kirab ini adalah barisan
abdi dalem yang memikul sepasang gunungan lanang dan wadon.
Gunungan
adalah symbol sedekah raja kepada rakyatnya. Dalam upacara bedhol
kaprajan ini isi dan susunan gunungan adalah bungkusan-bungkusan dari
daun jati dilambari daun pisang berisi nasi bancakan khas kesukaan
Panembahan Senopati. Bungkusan ini berupa nasi gudangan, srundeng, gereh
pethek, kacang abang, kacang tholo, dele ireng goring, sambel tempe
goring, dan telur goreng. Kedua gunungan ini pada akhir acara akan
dibagikan kepada masyarakat tanpa harus berebut sebagai simbol
penghormatan bahwa Panembahan Senopati selalu bertindak adil dan
bijaksana dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Namun sayang,
sebelum gunungan dibagikan sudah direbut oleh warga yang hadir.
http://new.jogjatv.tv/berita/19/09/2012/travelling-kirab-budaya-bedhol-keprajan
Thursday, September 20, 2012
Cemara Udang The Green Wind Breaker
Blusukan
Cemara Udang: The Green Wind Breaker
Rabu 19 September 2012
Beberapa
waktu terakhir efek pemanasan global telah menyebabkan kenaikan air
laut akibat melelehnya es di kutub. Gelombang pasang menggerus pasir di
pesisir pantai sehingga menyebabkan garis pantai semakin menyempit.
Banyak hal yang mempengaruhi, ketika atmosfer memanas maka lapisan
permukaan lautan juga akan memanas. Hal tersebut menyebabkan naiknya
tinggi permukaan laut. Pemanasan global telah menyebabkan melelehnya es
di kutub. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat hingga
25 centimeter selama abad ke-20 dan naik hingga mendekati satu meter
pada abad 21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan air setinggi satu meter dikhawatirkan akan menenggelamkan
beberapa daerah dan pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai dan bukit
pasir meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai banjir
akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Kerusakan
yang terjadi di kawasan pantai selatan Yogyakarta setidaknya telah
menggugah masyarakat untuk lebih memperhatikan alam. Menanam pohon
adalah solusi terbaik untuk mengatasi pemanasan global. Pohon dapat
menyerap gas karbondioksida di udara sehingga mengurangi peningkatan
suhu di atmosfer.
Langkah
masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir pantai memang
telah menunjukkan hasil yang baik, seperti yang dilakukan oleh warga
pesisir pantai Patehan Gadingsari terutama dalam pengelolaan kawasan
pesisir. Pohon yang ditanam di daerah pesisir pantai adalah jenis cemara
udang. Suku cemara-cemaraanatau casuarinaceae
terdiri dari sekitar 70 jenis. Sebagian besar suku ini terdapat di
belahan bumi selatan terutama di wilayah tropis termasuk Indo-Malaysia,
Australia, dan kepulauan Pasifik. cemara adalah tanaman hijau yang
sepintas disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan
besar, terlihat seperti jarum dan buahnya mirip runjung kecil. Cemara
mempunyai bunga, jantan dan betina. Bunga betina tampak seperti berkas
rambut kecil dan kemerah-merahan.
Pantai
Goa Cemara terletak di Dusun Patehan, Gadingsari, Kecamatan Ssanden
Kabupaten Bantul. Disebut Goa Cemara karena di sepanjang pantai
ditumbuhi rerimbunan pohon cemara udang yang membentuk lorong di
tengah-tengahnya mirip seperti goa.
Penanaman
pohon cemara berawal dari pemikiran warga untuk mencegah pengikisan
pasir pantai. Salah satunya adalah dengan memecah angina (wind breaker)
sehingga angina tidak masuk ke daratan. Warga setempat memilih tanaman
cemara udang atau casuarina equessetifolia yang
mampu menahan angin dan dapat hidup di pesisir pantai. Penanaman cemara
udang di kawasan pesisir selatan Yogyakarta ini merupakan upaya
konservasi dari abrasi air laut. Cemara udang yang memiliki akar tunjang
ini mampu mencengkeram tanah dan pasir sehingga menjadi benteng alam
dari terjangan ombak samudra hindia. Bentuk pantai yang curam menjadi
bukti alam bahwa kawasan pantai di Kabupaten Bantul ini rawan abrasi.
Wind
breaker yang dibuat oleh warga pesisir pantai goa cemara ini sedikit
banyak telah mempengaruhi pertanian mereka. Sebelumnya tanaman pertanian
lahan pasir di pesisir pantai selatan Yogyakarta tidak membuahkan hasil
yang maksimal. Angin laut mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan malah
merusak tanaman. Namun sekarang, berkat pohon cemara udang yang mereka
tanam maka hasil pertanian di lahan pasir bisa lebih maksimal.
Saksikan selengkapnya dalam Blusukan, Rabu 19 September 2012 Pukul 19.30 WIB
Wednesday, September 19, 2012
BHI - Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Sabtu 15 September 2012
Secara struktural perempuan sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Hal ini tidak lepas dari budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai kelas ke dua atau subordinat dari laki-laki. Kebijakan pemerintah yang termanisfestasi dalam produk hukum pun masih belum berpihak pada kaum perempuan, misalnya Perda Prostitusi di Bantul.
Perlakuan diskriminatif terhadap perempuan tidak selamanya dilakukan oleh laki-laki, namun ada juga yang dilakukan oleh sesama perempuan. Bahkan secara sistemik, diskriminatif terhadap perempuan sudah membudaya, misalnya siswi hamil dilarang ikut ujian, perempuan dilarang keluar malam hari, perempuan harus sunat dan lain-lain. Bahkan, buku-buku pelajaran SD yang memuat tulisan ibu menanak nasi, bapak membaca koran juga dinilai mendidik anak untuk menempatkan posisi perempuan sebagai kelas ke dua. Demikian dikatakan oleh Bagian Pengembangan Program LSM “Satu Nama” Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) Asteria Metta.
Budaya patriarki yang melekat kuat dalam masyarakat inilah yang harus dibenahi agar perempuan mendapatkan haknya sama dengan laki-laki. Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) saat ini sedang mengawal Perda perlindungan korban kekerasan dan mendorong berbagai macam advokasi, misalnya hak perempuan mendapatkan aborsi yang aman dan legal. Legalitas aborsi mencuat menyusul banyaknya korban pemerkosaan di bawah umur. Perempuan korban perkosaan ini biasanya tidak mau hamil karena secara sosial mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, korban kemudian menggugurkan janin dalam kandungannya dengan cara tidak aman. Lain halnya jika ada kebijakan yang melindungi hak reproduksi perempuan maka kasus aborsi tidak aman tidak akan terjadi.
Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) merupakan jaringan yang anggotanya terdiri dari individu ataupun LSM di Yogyakarta dan luar Yogyakarta. JPY concern terhadap issu perempuan dan anak. Sebagai jaringan, JPY mengupayakan advokasi hingga terjadi perubahan di tingkat kebijakan.
Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin mengatakan, “Dalam ilmu kriminologi perempuan adalah kaum rentan yang sering menjadi korban kekerasan”. Maka sudah sewajarnya hukum memberikan perlindungan lebih kepada kaum perempuan. Perempuan harus didorong agar berkembang sama seperti laki-laki dan tidak dibatasi ruang lingkupnya. Budaya patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi lemah harus dibenahi agar perempuan mampu mengutarakan pendapatnya. Saat ini LBH sedang mengawal proses legislasi DPR agar seluruh produk hukum yang berkaitan dengan perempuan bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan. Selain itu LBH memberikan bantuan hukum kepada perempuan korban kekerasan tanpa memungut biaya.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/bhi-anti-kekerasan-terhadap-perempuan
Tuesday, September 18, 2012
Gardu Projo Tamansari - Keistimewaan Diy Dalam Konteks Pengembangan Seni Budaya Dan Pariwisata Di Bantul
Gardu Projo Tamansari
Keistimewaan DIY Dalam Konteks Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata di Kabupaten Bantul
Senin 17 September 2012
DPRD
beserta seluruh rakyat Bantul bersyukur atas disyahkan Undang-Undang No
13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Setelah resmi menjadi daerah
istimewa, Pemerintah DIY mengajukan dana keistimewaan ke pemerintah
pusat yang besarnya sekitar Rp 1,2 trilyun. Rencananya 70% dari dana
tersebut akan digunakan untuk alokasi budaya. Dalam kaitannya dengan
dana keistimewaan ini DPRD Kabupaten Bantul akan memajukan Desawisata
yang bertumpu pada kearifan local, pembinaan seni budaya dan juga
pelestarian heritage sebagai warisan pusaka.
Saat
ini, dana keistimewaan sedang dibahas di tingkat pusat dan nantinya
setelah disetujui, pihak pemerintah daerah istimewa Yogyakarta tinggal
membuat mekanisme pembagiannya saja. Dengan adanya dana keistimewaan ini
maka DIY sebagai daerah pariwisata akan semakin kuat. Diharapkan
Kabupaten Bantul sebagai salah satu daerah wisata akan mendapatkan
dana keistimewaan tersebut agar manfaatnya dirasakan oleh seluruh
masyarakat Bantul. Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata
seperti wisata pantai, peninggalan bangunan bersejarah, aneka ragam seni
dan budaya. Berbagai potensi wisata ini layak dikembangkan dan dikelola
dengan baik agar laku dijual kepada wisatawan. Bahkan DPRD Kabupaten
Bantul berharap ingin menjadikan Bantul sebagai pintu masuknya wisatawan
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Demikian diungkapkan oleh Sekretaris
Komisi B DPRD Kabupaten Bantul, Amir Syarifudin.
Kaitannya
dengan pengembangan pariwisata di Bantul, Wakil Ketua Komisi B DPRD
Kabupaten Bantul, Edy Prabowo, SE mengharap warisan budaya dari nenek
moyang bisa lebih diperhatikan. Bantul memiliki situs kerajaan Mataram
Islam yang terletak di sebagian wilayah Pleret. Selain itu, peninggalan
rumah adat jawa di Kotagede yang merupakan bagian dari wilayah Bantul
kondisinya juga memprihatinkan. Oleh karena itu, nantinya jika dana
keistimewaan turun akan diprioritaskan untuk membenahi warisan budaya
heritage, pembinaan kesenian dan juga untuk menumbuhkan desawisata baru.
Dengan memprioritaskan tiga point ini diharapkan akan memberikan dampak
positif bagi seluruh masyarakat Bantul.
Bantul
terkenal sebagai kantong budaya. Daerah ini memiliki banyak seniman dan
budayawan. Namun sayangnya, pola pengembangan seni dan budaya masih
bersifat sporadis. Oleh karena itu nanti setelah dana keistimewaan turun
pemerintah kabupaten Bantul perlu membuat strategi pengembangan
kebudayaan agar penyelenggaraannya bisa dikelola dengan baik. Setiap
daerah di DIY memiliki event festival sendiri-sendiri, termasuk juga
kabupaten Bantul. Penyelenggaraan festival ini memerlukan strategi tepat
agar tidak bertabrakan dengan event yang diselenggarakan di daerah
lain, sehingga nantinya penyelenggaraan festival antar daerah satu
dengan daerah lainnya bisa saling mengisi. Strategi kebudayaan perlu
dibuat karena merupakan wujud konsekuensi dari penerimaan dana
keistimewaan. Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten
Bantul, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/gardu-projo-tamansari-keistimewaan-diy-dalam-konteks-pengembangan-seni-budaya-dan-
Monday, September 17, 2012
Warna-Warni Pendidikan - Festival Langen Carita dan Kethoprak Lesung 2012
Warna-Warni Pendidikan
Festival Langen Carita dan Kethoprak Lesung 2012
Jumat 14 September 2012
Sebagai
wujud upaya melestarikan kesenian tradisional langen carita dan
ketoprak lesung, 9 September 20120 Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta menggelar acara bertajuk festival langen carita dan
ketoprak lesung Yogyakarta. Acara yang digelar di pendopo kantor Dinas
Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini diikuti oleh
kelompok-kelompok paguyuban kesenian dari 4 kabupaten dan 1 kota yang
ada di DIY.
Langen
carita adalah kesenian tradisional berupa cerita yang dimainkan secara
berkelompok dengan koreografi tarian dan lagu-lagu jawa serta iringan
musik gamelan. Langen carita merupakan operet anak tradisional jawa.
Sementara
itu, ketoprak lesung adalah kesenian tradisional yang berkiblat pada
kesenian ketoprak namun menggunakan lesung sebagai alat musik pengiring
utamanya. Selain menggunakan media utama lesung, kethoprak ini juga
menggunakan alat musik pendukung, seperti kendang, terbang, dan
seruling. Namun seiring perkembangan jaman alat musik lain pun ikut
disertakan mengiringi pertunjukan kesenian ini agar lebih menarik.
Sedangkan lagu yang dinyanyikan dalam kethoprak lesung adalah
tembang-tembang yang sesuai dengan tema cerita. Tembang itu tidak hanya
dinyanyikan oleh sinden tetapi seluruh pemain musik juga ikut bernyanyi
bersama-sama sehingga nuansa kerakyatan terasa sangat kental.
Cerita
yang dimainkan pada pertunjukan kethoprak lesung adalah cerita-cerita
rakyat yang populer di kalangan rakyat kalangan bawah. Selain itu,
dongeng-dongeng sejarah juga sering menjadi tema pada pertunjukan
ketoprak lesung. Yang membedakan kethoprak lesung dengan ketoprak
lainnya adalah adanya unsur tari yang dimainkan secara improvisasi
ketika pemain masuk ataupun keluar dari panggung pertunjukan. Ketika
terjadi pergantian setting cerita ataupun keluar masuk tokoh baru dalam
cerita, musik lesung akan dimainkan beserta lagu yang sesuai dengan tema
cerita. Selama musik dan lagu ini dimainkan seluruh pemain yang ada
dipanggung akan menari secara secara improvisasi.
Riwatanya,
ketoprak lesung dimainkan sebagai pertunjukan rakyat pada malam hari
dengan menggunakan obor sebagai penerangannya. Lama durasi
pertunjukannya pun bervariasi, bisa setengah malam ataupun semalam
suntuk. Kini pertunjukan kethoprak lesung menjadi pertunjukan langka dan
hanya dimainkan oleh sangar-sanggar kesenian tradisional. Sedangkan
durasi pertunjukannya bisa lebih dipersingkat.
Dalam festival
langen carita dan kethoprak lesung yang digelar oleh Dinas Kebudayaan
Provinsi DIY tersebut ada beberapa lakon yang dimainkan oleh peserta.
Dalam kesempatan itu, perwakilan dari Kulonprogo menampilkan langen
carita berjudul “Ngesat Rawa Pesanggrahan Glagah”. Sementara itu,
perwakilan dari Kota Yogyakarta membawakan cerita berjudul “AjiSaka”.
Perwakilan dari Kabupaten Bantul membawakan cerita berjudul “Nawangsih
Papa”. Sedangkan perwakilan dari Kabupaten Sleman membawakan cerita
“Kala Murda” dan perwakilan dari Kabupaten Gunungkidul membawakan cerita
“Kancil Nyolong Timun”.
Lakon-lakon
cerita ini dimainkan dengan sangat menarik oleh para peserta yang masih
anak-anak. Melalui kesenian tradisional seperti ini mereka belajar
untuk bermain seni peran, melakukan koreografi tarian dan gerak serta
berdialog dalam bahasa jawa. Festival langen carita tersebut akhirnya
dimenangkan oleh perwakilan dari Kota Yogyakarta yang membawakan cerita
berjudul “Ajisaka”.
Setelah festival langen carita selanjutnya
melihat festival kethoprak lesung. Pada kategori ini pertunjukan yang
dimainkan peserta semakin menarik karena pemainnya tidak hanya anak-anak
namun lebih banyak usia remaja. Pada kesempatan itu, kelompok
kethoprak lesung perwakilan dari Kabupaten Bantul membawakan cerita
berjudul “Ken Warsi”. Kemudian perwakilan dari Kabupaten Sleman
membawakan lakon berjudul “Kumbang Katumenggungan”. Sedangkan perwakilan
dari Kota Yogyakarta membawakan cerita berjudul “Retno Dumilah” dan
Kabupaten Kulonprogo membawakan cerita berjudul “Laskar Nyi Ageng
Serang”.
Festival
kethoprak lesung ini dimenangkan oleh perwakilan dari Kulonprogo dengan
judul “Laskar Nyi Ageng Serang”. Juri menilai kelompok kethoprak lesung
ini menampilkan plot cerita yang kreatif dengan selingan lawak.
Saksikan selengkapnya dalam Warna-Warni Pendidikan, 14 September 2012 pukul 18.00.
Sunday, September 16, 2012
Inspirasi Gaya - Sekar Jagad Pelestari Batik Tradisional
Inspirasi Gaya
Sekar Jagad Pelestari Batik Tradisional
Kamis 13 September 2012
Inspirasi
Gaya edisi kamis (13/9) menampilkan fashion show batik klasik yang
digelar oleh Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad sabtu
(8/9) lalu di Pendapa Parasamya Kabupaten Bantul. Sekar Jagad sengaja
menggelar pameran dan fashion show batik di Bantul karena ingin
menjadikan Bantul istimewa dengan batik klasiknya.
Fashion
show tersebut menampilkan rancangan desainer ternama Goetpuspo dan Amin
Hendra Wijaya serta didukung oleh model putra-putri Bantul dan
koreografer Andi Karang. Acara tersebut dihadiri oleh 100 perajin batik
dari Kabupaten Bantul dan juga dihadiri oleh Bupati Bantul, Ida Idham
Samawi. Selain itu, SMP Stelladuce 1 Yogyakarta membuktikan
kepeduliannya terhadap batik dengan membatik baju seragamnya sesuai
dengan kreasi masing-masing. Selanjutnya batik hasil kreasi para siswa
tersebut diperagakan oleh mereka sendiri dalam ajang tersebut.
Dalam
pergelaran fashion show Sekar Jagad ini dibagi menjadi tiga sekuen.
Sekuen pertama dengan menggelar pameran kain batik klasik Kraton
Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang diperagakan oleh para anggota PPBI
Sekar Jagad. Batik klasik yang di pamerkan ini ada berbagai macam motif
asli dari Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman. Motif tersebut yaitu
motif semen, ceplok, parang kusumo dan masih banyak lagi. Goresan corak
batik dalam motif tersebut banyak mengandung makna didalamnya.\
Selanjutnya,
sekuen kedua menampilkan karya dari perancang senior Goetpoespo.
Perancang yang telah go international ini menampilkan busana ready to
wear dari bahan batik klasik dengan warna alam. Karya rancangan dari
Goetpoespo tersebut terbilang unik karena tanpa dijahit sedikitpun.
Sekuen
terakhir menghadirkan karya desainer Amin Hendrawijaya. Dalam
kesempatan itu sang perancang menampilkan karya busana ready to wear
dari bahan batik klasik dan juga perpaduan lurik serta batik. Dengan
memadukan bahan batik dan lurik kemudian tercipta semboyan batik lurik
pantas dilirik karena cantik dan simpatik.
Saksikan selengkapnya dalam Inspirasi Gaya, Kamis 13 September 2012 Pukul 18.00 WIB.