BHI
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
Kamis 27 September 2012
Seiring
 perkembangan teknologi telah ditemukan terobosan dalam pembuatan batik 
secara besar-besaran. Perkembangan teknologi ini nyata-nyata menggeser 
keberadaan batik tulis yang proses pembuatannya memerlukan waktu cukup 
lama. Hadirnya industri batik memunculkan adanya batik palsu yang 
menjadi rival batik asli.
Teknologi telah memunculkan adanya batik
 cap, batik printing, duplex print maupun tekstil motif batik. Sekilas, 
batik palsu tersebut mirip sekali dengan batik tulis karena memang 
dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Namun jika dicermati, batik palsu
 goresannya tidak pas dan terkesan kaku. Di samping itu, antara sisi 
luar dan sisi dalamnya juga tidak sama. Berbeda dengan batik asli yang 
antara sisi luar dan dalamnya tetap sama dan goresan motifnya terlihat 
luwes. Demikian dijelaskan oleh Anggota Dewan Kebudayaan yang juga 
praktisi batik, Haryani Winotosastro.

Menyikapi
 maraknya batik palsu dibutuhkan perhatian pemerintah untuk memberi 
label pada setiap produk batik agar konsumen tidak tertipu. Dalam hal 
ini perajin maupun pedagang batik harus jujur dalam mencatumkan label 
pada produknya, misalnya label batik tulis, cap, printing, tekstil motif
 batik, batik kombinasi maupun duplex print. Jenis yang terakhir ini 
merupakan batik printing namun antara sisi luar dan dalam sama persis 
sehingga menyerupai batik tulis. Untuk itu dibutuhkan labelisasi yang 
jujur agar konsumen tidak menjadi korban penipuan.
Harga batik non
 tulis memang lebih murah sehingga banyak konsumen yang terpikat. Namun 
masyarakat harus sadar bahwa batik tulis adalah warisan budaya yang 
harus dijaga. Menurut Owner Apip Batik, Afif Syakur, “Batik Indonesia 
memiliki falasah tinggi dan berbeda dengan batik dari negara-negara lain
 yang tanpa makna.” Menurutnya membuat batik tulis adalah memberi nyawa 
dalam selembar kain. Setiap goresan batik memiliki makna religius dan 
budaya agar pemakainya menjadi mulia.

Bahkan
 bagi masyarakat Jawa batik adalah bagian hidup manusia. Sejak manusia 
lahir hingga meninggal selalu menggunakan batik. Mengingat begitu 
pentingnya batik dalam kehidupan manusia maka tidak etis jika batik 
tulis digantikan dengan batik palsu. Sebagai pewaris budaya, masyarakat 
harus berpartisipasi turut melestarikan batik asli dengan memakai batik 
tulis dalam setiap kesempatan. Batik tulis tidak selalu mahal, misalnya 
batik madura, dan batik bantulan adalah batik tulis yang harganya 
berkisar di bawah Rp.100.000. Batik tulis membuat pemakainya tampak 
elegan karena dalam setiap goresan batik tulis  terkandung harapan 
mulia.
Saturday, September 29, 2012
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
BHI Peringatan Hari Karangtaruna
BHI
Peringatan Hari Karangtaruna
Rabu 26 September 2012
Majunya
 sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Pemuda menjadi
 garda terdepan dalam pembangunan. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga 
yang berlandaskan spirit pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut 
adalah Karangtaruna.

Bertepatan
 dengan peringatan Hari Karangtaruna, 26 September 2012, Karangtaruna di
 Dhusun Jolosutra, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul dideklarasikan oleh 
tokoh masyarakat setempat sebagai Dusun Kebangsaan. Hal ini tidak lepas 
dari kiprah muda-mudi desa tersebut yang peduli terhadap nilai-nilai 
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat di desa tersebut berupaya 
menggali nilai-nilai Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan 
sehari-hari. Selain itu, Karangtaruna Desa Srimulyo memanfaatkan potensi
 pemuda, potensi wisata, potensi olahraga dan potensi budaya yang ada di
 desa Srimulyo. Demikian disampaikan oleh Ketua Karangtaruna Berprestasi
 Nasional 2011 Desa Srimulyo, Piyungan Bantul, Didik Joko Nugroho.

Atas
 kiprahnya memajukan masyarakat, Pemerintah pusat memilih Karangtaruna 
Desa Srimulyo sebagai karangtaruna terbaik tingkat nasional pada tahun 
2011. Sebelumnya, yakni pada tahun 2005 dan 2009 Karangtaruna Desa 
Srimulyo juga pernah menyabet gelar juara pertama tingkat nasional. 
Ketua Karangtaruna Provinsi DIY, GKR Pembayun mengatakan, “Karangtaruna 
beranggotakan generasi muda mulai dari usia 11 tahun – 45 tahun”. 
Kegiatan karangtaruna lebih bersifat sosial seperti mengurangi 
pengangguran, memberikan pelatihan wirausaha, menggerakkan sanggar 
budaya dan lain-lain. Sebagai contoh adalah didirikannya kedai kopi 
online di Desa Srimulyo, Piyungan Bantul. Para pemuda Desa Srimulyo 
bersama-sama denga warga mengelola kedai kopi online dengan berpijak 
pada nilai-nilai sosial.

Sebagai
 organisasi sosial, karangtaruna memiliki dua tugas pokok, yaitu membina
 generasi muda dan memberikan kesejahteraan sosial. Berbagai masalah 
sosial seperti mencegah timbulnya permasalahan sosial, mengatasi 
pengangguran dan menanamkan nilai nasionalisme merupakan  tanggung jawab
 karangtaruna.  Kiprah yang dilakukan oleh Karangtaruna Desa Srimulyo 
bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk melakukan hal 
yang sama. karena tanggung jawab memajukan bangsa ada di pundak pemuda. 
Demikian diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Drs. 
Sulistya, SH., M.Si.
Thursday, September 27, 2012
BHI - Uji Kompetensi Guru
 
BHI
Uji Kompetensi Guru :
Upaya Memotret Kemampuan dan Keprofesionalan Guru
Senin 24 September 2012
Undang-Undang
 No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa profesi 
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan 
standar kompetensi sesuai bidang tugasnya. Mengacu Undang-undang ini 
maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 
menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru-guru di Indonesia.
Di
 Wilayah DIY Uji Kompetensi Guru (UKG) tahap pertama telah 
diselenggarakan pada bulan juli 2012 dan selanjutnya UKG tahap kedua 
akan digelar pada bulan oktober 2012. Untuk wilayah Bantul dan Sleman 
UKG akan dilaksanakan pada tanggal  9-12 Oktober 2012. Sedangkan untuk 
Kabupaten Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta UKG akan digelar 
pada tanggal 16-19 Oktober 2012. Demikian disampaikan oleh Kepala LPMP 
DIY, Drs. Harmanta, M.Si.

Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY, Drs. Baskara Aji mengatakan,
 “Uji Kompetensi Guru dilaksanakan untuk memetakan kemampuan guru dalam 
menjalankan tugasnya baik dari segi akademis maupun pedagogi”. Dari 
hasil UKG tahap pertama yang dilaksanakan bulan juli lalu, DIY mendapat 
skor nilai terbaik di seluruh Indonesia walaupun nilai rata-ratanya 
hanya mencapai 4,7. Namun setidaknya hasil ini bisa memacu semangat para
 guru dalam meningkatkan kemampuannya.

Setelah
 kemampuan guru dipetakan berdasarkan hasil dari UKG selanjutnya guru 
wajib mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan, sehingga
 diharapkan ke depan mutu pendidikan di Indonesia akan semakin baik.
Wednesday, September 26, 2012
Traveling - Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Traveling
Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Senin 24 September 2012
Sebagai
 upaya nyata meneguhkan eksistensi keistimewaan Yogyakarta, beberapa 
waktu lalu Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 
menggelar acara Festival Bentara Upacara Adat 2012 bertempat di depan 
Bangsal Pagelaran Kraton  Alun-alun utara Yogyakarta.

Festival
 tersebut diikuti lima kelompok yang masing-masing mewakili 4 Kabupaten 
dan 1 Kotamadya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.  Acara 
ini menampilkan lima upacara adat unggulan dari masing-masing kabupaten 
dan kota di Provinsi DIY. Masyarakat dan wisatawan baik domestic maupun 
mancanegara terlihat antusias menyaksikan Festival Bentara Upacara Adat 
2012. Melalui acara ini wisatawan bisa mengetahui bahwa Yogyakarta 
sebagai Kota Budaya memiliki aneka ragam upacara adat di tiap 
kabupaten/kota. Kekayaan budaya ini patut dijadikan potensi wisata untuk
 menarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.

Adabanyak
 sekali upacara adat di Yogyakarta. Hampir setiap daerah di Yogyakarta 
memiliki upacara adat yang berbeda-beda. Upacara adat itu dilakukan 
secara turun temurun dan merupakan wujud nyata tanggung jawab masyarakat
 Yogyakarta untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang. Upacara
 adat merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan 
kepada umatnya. Hal ini penting untuk dipahami masyarakat umum karena 
selama ini mereka terlanjur mengartikan bahwa upacara adat tradisional 
adalah sebuah sikap musrik terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tepat
 pukul 13.00 WIB  acara festival dengan tema “Meneguhkan Eksistensi 
Keistimewaan Yogyakarta dimulai. Acara  diawali dengan kirab peserta 
sepanjang jalan dari museum sonobudoyo menuju depan bangsal pagelaran 
kraton yogyakarta. Selanjutnya masing-masing kelompok menampilkan  
upacara adat yang dibawakan di depan Bangsal Pagelaran Kraton 
Yogyakarta.

Sebagai kelompok pertama adalah perwakilan dari Sleman yang menampilkan upacara adat Sadranan Agung Pangeran Poeroeboyo. Upacara adat berasal dari Desa Sendangtirto Berbah Sleman.
Selanjutnya kelompok kedua adalah perwakilan dari Bantul yang menampilkan upacara adat kupatan jolosutro . Upacara adat ini berasal dari daerah Srimulyo Piyungan Bantul.

Setelah perwakilan dari Bantul  dilanjutkan perwakilan dari Kulon Progo yang menampilkan upacara adat nggumbregi 
 dari daerah Jatimulyo, Girimulyo. Biasanya warga menggelar upacara ini 
pada waktu pagi, di hari selasa kliwon atau jumat kliwon setiap bulan 
suro. Upacara nggumbregi merupakan ungkapan rasa syukur warga ke hadirat Tuhan, atas limpahan rejeki yang berupa raja kaya atau hewan ternak.
Kelompok ke empat adalah perwakilan dari Kota Yogyakarta yang menampilkan upacara adat jogo kali winongo
 dari daerah Notoprajan Ngampilan, Yogyakarta. Upacara ini untuk memohon
 keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai sarana 
membangkitkan semangat warga dalam menjaga lingkungan, terutama 
kebersihan sungai.

Kelompok terakhir adalah perwakilan dari Gunungkidul yang menampilkan upacara adat bersih kali gunungbang. Upacara adat ini berasal Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.  Ritual yang juga disebut ritual bersih kyai sejati
 ini  dilakukan dengan melakukan bersih-bersih pada tiga sumber air di 
gunungbang  yaitu sumur lanang, sumur wedok dan comberan yang konon 
merupakan salah satu petilasan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan sebagai
 ungkapan puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan kecukupan air, 
keselamatan dan kesembuhan warga dari penyakit dan marabahaya.
Melalui
 atraksi seperti ini  diharapkan upacara adat dan budaya dari setiap 
daerah di Provinsi DIY bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Saturday, September 22, 2012
BHI - Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
BHI
Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
Senin 17 September 2012
Pemerintah
 Kota Yogyakarta berkomitmen membangun ruang terbuka hijau untuk 
mewujudkan keseimbangan alam. Ruang terbuka hijau adalah ruang untuk 
paru-paru kota. Wujudnya antara lain taman kota, taman lingkungan, taman
 jalan, dan taman privat yang ada di tingkat rumah tangga. Saat ini, 
ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta sudah mencapai 34 persen. Angka 
ini melebihi dari target yang ditetapkan, yakni 30 persen.

Untuk
 mewujudkan ruang terbuka hijau Pemerintah Kota Yogyakarta membeli lahan
 di kampung-kampung yang digunakan untuk membuat ruang terbuka hijau 
sebagai public space. Namun, jika tidak tersedia lahan 
pemerintah akan membuat pergola untuk tanaman yang bisa meneduhkan. 
Ruang terbuka hijau bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan oksigen dan 
juga untuk resapan air. Untuk melaksanakan program ini Kota Yogyakarta 
sudah mencapai ruang terbuka hijau sebanyak 34 persen. Demikian 
diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir.Eko 
Suryo Maharsono, MM.
Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Yang pertama dilakukan adalah membentuk green community
 atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, misalnya 
komunitas merti code, sego segawe, jari polah dan lain-lain. Jika 
kelompok-kelompok seperti ini sudah terbentuk maka program penghijauan 
akan mudah tercapai.

Kaitannya
 dengan program ruang terbuka hijau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
 (Bappeda) Kota Yogyakarta menginventarisir lahan-lahan  yang bisa 
dikembangkan untuk ruang terbuka hijau. Tahun ini di daerah Gambiran 
Yogyakarta ada lahan seluas 6200 M2 yang akan digunakan untuk membuat 
ruang terbuka hijau. Di lahan ini akan dibangun taman yang bisa 
digunakan untuk kepentingan public. Pembangunan taman tersebut saat ini 
pada tahap detail engineering design. Selain membangun taman 
kota di daerah Gambiran Yogyakarta, Pemkot juga berencana akan 
menghidupkan kembali embung yang dulu ada di Langensari, Pengok 
Yogyakarta. Pembangunan embung dimaksudkan untuk persediaan air dan juga
 mencegah banjir. Demikian dijelaskan oleh Kepala Badan Perencanaan 
Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, Ir. Edy Muhmmad.

Kepala
 Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Provinsi DIY, 
Ir.Hananto, MSc., mengatakan, “Tahun 2012 ini Kota Yogyakarta dan 
Kabupaten Kulonprogo mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat untuk 
melaksanakan program ruang terbuka hijau. Bantuan itu  dimaksudkan untuk
 mendorong masyarakat agar sukses dalam merealisasikan ruang terbuka 
hijau.
http://new.jogjatv.tv/berita/20/09/2012/bhi-kebijakan-pembangunan-ruang-terbuka-hijau-kota-yogyakarta 
Friday, September 21, 2012
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Travelling
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Senin 17 September 2012
Yogyakartamerupakan
 kota budaya yang memiliki obyek-obyek wisata unggulan yang sangat khas 
dan tidak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satu keunikan kota 
Yogyakarta terletak pada tradisi dan budaya lokal yang masih terjaga 
baik hingga saat ini. Warisan budaya ini menjadi senjata ampuh untuk 
mengenalkan Yogyakarta di kancah nasional maupun internasional.

Selama
 ini Yogyakarta dikenal indentik dengan Kraton Kasultanan Yogyakartaya. 
Namun perlu diketahui  bahwa di kota ini pernah berdiri Kerajaan Mataram
 Islam sebagai cikal bakal Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton 
Kasultanan Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam ini berpusat di Kotagede 
yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta.  Hingga kini 
sisa-sisa bangunan sejarah Mataram Islam di Kotagede masih bisa 
dijumpai.
Pemerintah menetapkan Kotagede sebagai kawasan cagar 
budaya dan mengembangkan Kotagede sebagai tujuan wisata budaya dan 
sejarah. Bangunan-bangunan di Kotagede yang memiliki ciri khas unik 
dengan gang-gang sempitnya terus dijaga kelestariannya hingga kini.

Untuk
 mengenang berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, masyarakat 
setempat menggelar event budaya berupa kirab budaya Bedhol Kaprajan. 
Acara tersebut digelar  7 September 2012 di Kotagede. Penyelenggara 
acara adalah masyarakat Kotagede melalui Yayasan Pusdok atau Pusat Studi
 Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede  bekerjasama dengan Dinas 
Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui kirab ini,
 masyarakat Kotagede ingin menunjukkan eksistensinya sebagai keturunan 
dari leluhur pada jaman Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, juga ingin 
menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan Kotagede yang  
terus melaju dari waktu ke waktu tidak sertamerta meninggalkan budaya 
asli yang dimiliki. Inilah wujud jatidiri masyarakat Kotagede yang 
sesungguhnya.

Selain
 untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan kotagede  kirab budaya bedhol 
kaprajan juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri.  Selama ini 
wisatawan hanya mengenal Kraton Kasultanan Yogyakarta saja. sehingga 
melalui acara kirab budaya ini  wisatawan akan tahu dan mengenal lebih 
jauh tentang keberadaan sebuah Kerajaan Mataram Islam di kotagede yang 
menjadi cikal bakal dari Kerajaan Kasunanan Suurakarta dan Kasultanan 
Yogyakarta. Kirab bedhol keprajan juga menjadi media promosi wisata 
untuk mengenalkan Kotagede kepada masyarakat luas.

Kirab
 bedhol keprajan dimulai dari  lapangan Karang Kotagede dan berakhir di 
situs Watu Gilang.  Perserta kirab ini terdiri dari beberapa kelompok 
yang berasal dari masyarakat kota gede  serta beberapa kelompok seni dan
 budaya.  Masyarakat dan wisatawan terlihat antusias menyaksikan kirab 
budaya yang menyimpan makna sejarah ini.

Kirab
 budaya ini merupakan  wujud penghormatan kepada cikal bakal pendiri 
Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yakni  Sutowijaya yang bergelar 
Panembahan Senopati. Selain itu,  kirab budaya ini juga memberikan 
penyadaran dan pembelajaran sejarah bahwa masyarakat Kotagede saat ini 
adalah keturunan dari masyarakat yang dulu didatangkan Sutowijaya dari 
daerah lain untuk meramaikan pusat Kerajaan Mataram Islam di Kotagede. 
Masyarakat Kotagede adalah masyarakat yang dulu ditinggalkan ketika raja
 dan para kerabatnya pindah ke kraton baru di Plered.
Dalam kirab 
budaya bedhol kaprajan tersebut dibawa simbol-simbol yang mengambarkan 
awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yaitu ketika 
Sutawijaya memboyong Kerajaan Pajang untuk membangun sebuah kerajaan 
baru di Kotagede. Disamping memboyong pusaka-pusaka kerajaan,  
Sutowijaya juga membawa kebudayaan dari Kerajaan Pajang. Semua benda 
yang diboyong itu diperagakan peserta kirab dalam acara bedhol kaprajan 
ini.

Sebuah
 kelompok drum band bermain mengawali barisan kirab kemudian disusul 
bregodo pengawal Kerajaan Mataram. Setelah itu dilanjutkan para sentono 
atau keluarga dekat Sutowijaya  yaitu mbok emban  atau pelayan 
perempuan, dan kerabat dekat yang membawa alat-alat rumah tangga seperti
 dandang, dahkinang, kecohan, paidon  dan lain-lain.
Selanjutnya 
disusul kelompok inti dari bedhol kaprajan  yaitu tokoh Sutowijaya 
berkuda membawa replika tombak kyai pleret, Ki Ageng Pemanahan berkuda 
membawa replika keris kyai sengkelat, Ki Juru Mertani berkuda membawa 
replika keris nagasasra sabuk inten  dan barisan alim ulama yang dikawal
 oleh bregodo khusus pengawal.

Peserta
 kirab selanjutnya adalah empat kelompok pembawa pusaka. Terdiri dari 
empat satria yang membawa pusaka gong Kyai Sekar Delima, myang kendhali 
kyai macan guguh, jathayu cekathikan, dan songsong kebesaran bersusun 
tiga, serta ditambah beberapa prajurit membawa dampar kencana atau 
singgasana raja.
Di belakang rombongan inti kirab adalah kelompok 
pembawa peralatan kerajaan. Kelompok ini menceritakan prajurit-prajurit 
boyongan yang membawa bangunan bangsal pendopo, tiang kayu istana, dan 
seperangkat gamelan. Kelompok terakhir dari kirab ini adalah barisan 
abdi dalem yang memikul sepasang gunungan lanang dan wadon.

Gunungan
 adalah symbol sedekah raja kepada rakyatnya. Dalam upacara bedhol 
kaprajan ini  isi dan susunan gunungan adalah bungkusan-bungkusan dari 
daun jati dilambari daun pisang berisi nasi bancakan khas kesukaan 
Panembahan Senopati. Bungkusan ini berupa nasi gudangan, srundeng, gereh
 pethek, kacang abang, kacang tholo, dele ireng goring, sambel tempe 
goring, dan telur goreng. Kedua gunungan ini pada akhir acara akan 
dibagikan kepada masyarakat tanpa harus berebut sebagai simbol 
penghormatan bahwa Panembahan Senopati selalu bertindak adil dan 
bijaksana dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Namun sayang, 
sebelum gunungan dibagikan sudah direbut oleh warga yang hadir.
http://new.jogjatv.tv/berita/19/09/2012/travelling-kirab-budaya-bedhol-keprajan 
Thursday, September 20, 2012
Cemara Udang The Green Wind Breaker
Blusukan
Cemara Udang: The Green Wind Breaker
Rabu 19 September 2012

Beberapa
 waktu terakhir efek pemanasan global telah menyebabkan kenaikan air 
laut akibat melelehnya es di kutub. Gelombang pasang menggerus pasir di 
pesisir pantai sehingga menyebabkan garis pantai semakin menyempit. 
Banyak hal yang mempengaruhi, ketika atmosfer memanas maka lapisan 
permukaan lautan juga akan memanas. Hal tersebut menyebabkan naiknya 
tinggi permukaan laut. Pemanasan global telah menyebabkan melelehnya es 
di kutub. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat hingga 
25 centimeter selama abad ke-20 dan naik hingga mendekati satu meter 
pada abad 21.

Perubahan
 tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. 
Kenaikan air setinggi satu meter dikhawatirkan akan menenggelamkan 
beberapa daerah dan pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai dan bukit 
pasir meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai banjir 
akibat air pasang akan meningkat di daratan.

Kerusakan
 yang terjadi di kawasan pantai selatan Yogyakarta setidaknya telah 
menggugah masyarakat untuk lebih memperhatikan alam. Menanam pohon 
adalah solusi terbaik untuk mengatasi pemanasan global. Pohon dapat 
menyerap gas karbondioksida di udara sehingga mengurangi peningkatan 
suhu di atmosfer.

Langkah
 masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir pantai memang 
telah menunjukkan hasil yang baik, seperti yang dilakukan oleh warga 
pesisir pantai Patehan Gadingsari terutama dalam pengelolaan kawasan 
pesisir. Pohon yang ditanam di daerah pesisir pantai adalah jenis cemara
 udang. Suku cemara-cemaraanatau casuarinaceae
 terdiri dari sekitar 70 jenis. Sebagian besar suku ini terdapat di 
belahan bumi selatan terutama di wilayah tropis termasuk Indo-Malaysia, 
Australia, dan kepulauan Pasifik. cemara adalah tanaman hijau  yang 
sepintas disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan
 besar, terlihat seperti jarum dan buahnya mirip runjung kecil. Cemara 
mempunyai bunga, jantan dan betina. Bunga betina tampak seperti berkas 
rambut kecil dan kemerah-merahan.

Pantai
 Goa Cemara terletak di Dusun Patehan, Gadingsari, Kecamatan Ssanden 
Kabupaten Bantul. Disebut Goa Cemara karena di sepanjang pantai 
ditumbuhi rerimbunan pohon cemara udang yang membentuk lorong di 
tengah-tengahnya mirip seperti goa.

Penanaman
 pohon cemara berawal dari pemikiran warga untuk mencegah pengikisan 
pasir pantai. Salah satunya adalah dengan  memecah angina (wind breaker)
 sehingga angina tidak masuk ke daratan. Warga setempat memilih tanaman 
cemara udang atau casuarina equessetifolia yang
 mampu menahan angin dan dapat hidup di pesisir pantai. Penanaman cemara
 udang di kawasan pesisir selatan Yogyakarta ini merupakan upaya 
konservasi dari abrasi air laut. Cemara udang yang memiliki akar tunjang
 ini mampu mencengkeram tanah dan pasir  sehingga menjadi benteng alam 
dari terjangan ombak samudra hindia. Bentuk pantai yang curam menjadi 
bukti alam bahwa kawasan pantai di Kabupaten Bantul ini rawan abrasi.

Wind
 breaker yang dibuat oleh warga pesisir pantai goa cemara ini sedikit 
banyak telah mempengaruhi pertanian mereka. Sebelumnya tanaman pertanian
 lahan pasir di pesisir pantai selatan Yogyakarta tidak membuahkan hasil
 yang maksimal. Angin laut mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan malah 
merusak tanaman. Namun sekarang, berkat pohon cemara udang yang mereka 
tanam maka hasil pertanian di lahan pasir bisa lebih maksimal.

Saksikan selengkapnya dalam Blusukan, Rabu 19 September 2012 Pukul 19.30 WIB
Wednesday, September 19, 2012
BHI - Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Sabtu 15 September 2012
Secara struktural perempuan sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Hal ini tidak lepas dari budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai kelas ke dua atau subordinat dari laki-laki. Kebijakan pemerintah yang termanisfestasi dalam produk hukum pun masih belum berpihak pada kaum perempuan, misalnya Perda Prostitusi di Bantul.
Perlakuan diskriminatif terhadap perempuan tidak selamanya dilakukan oleh laki-laki, namun ada juga yang dilakukan oleh sesama perempuan. Bahkan secara sistemik, diskriminatif terhadap perempuan sudah membudaya, misalnya siswi hamil dilarang ikut ujian, perempuan dilarang keluar malam hari, perempuan harus sunat dan lain-lain. Bahkan, buku-buku pelajaran SD yang memuat tulisan ibu menanak nasi, bapak membaca koran juga dinilai mendidik anak untuk menempatkan posisi perempuan sebagai kelas ke dua. Demikian dikatakan oleh Bagian Pengembangan Program LSM “Satu Nama” Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) Asteria Metta.

Budaya patriarki yang melekat kuat dalam masyarakat inilah yang harus dibenahi agar perempuan mendapatkan haknya sama dengan laki-laki. Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) saat ini sedang mengawal Perda perlindungan korban kekerasan dan mendorong berbagai macam advokasi, misalnya hak perempuan mendapatkan aborsi yang aman dan legal. Legalitas aborsi mencuat menyusul banyaknya korban pemerkosaan di bawah umur. Perempuan korban perkosaan ini biasanya tidak mau hamil karena secara sosial mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, korban kemudian menggugurkan janin dalam kandungannya dengan cara tidak aman. Lain halnya jika ada kebijakan yang melindungi hak reproduksi perempuan maka kasus aborsi tidak aman tidak akan terjadi.
Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) merupakan jaringan yang anggotanya terdiri dari individu ataupun LSM di Yogyakarta dan luar Yogyakarta. JPY concern terhadap issu perempuan dan anak. Sebagai jaringan, JPY mengupayakan advokasi hingga terjadi perubahan di tingkat kebijakan.

Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin mengatakan, “Dalam ilmu kriminologi perempuan adalah kaum rentan yang sering menjadi korban kekerasan”. Maka sudah sewajarnya hukum memberikan perlindungan lebih kepada kaum perempuan. Perempuan harus didorong agar berkembang sama seperti laki-laki dan tidak dibatasi ruang lingkupnya. Budaya patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi lemah harus dibenahi agar perempuan mampu mengutarakan pendapatnya. Saat ini LBH sedang mengawal proses legislasi DPR agar seluruh produk hukum yang berkaitan dengan perempuan bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan. Selain itu LBH memberikan bantuan hukum kepada perempuan korban kekerasan tanpa memungut biaya.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/bhi-anti-kekerasan-terhadap-perempuan
Tuesday, September 18, 2012
Gardu Projo Tamansari - Keistimewaan Diy Dalam Konteks Pengembangan Seni Budaya Dan Pariwisata Di Bantul
Gardu Projo Tamansari
Keistimewaan DIY Dalam Konteks Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata di Kabupaten Bantul
Senin 17 September 2012

DPRD
 beserta seluruh rakyat Bantul bersyukur atas disyahkan Undang-Undang No
 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Setelah resmi menjadi daerah 
istimewa, Pemerintah DIY mengajukan dana keistimewaan ke pemerintah 
pusat yang besarnya sekitar Rp 1,2 trilyun. Rencananya 70% dari dana 
tersebut akan digunakan untuk alokasi budaya. Dalam kaitannya dengan 
dana keistimewaan ini DPRD Kabupaten Bantul akan memajukan Desawisata 
yang bertumpu pada kearifan local, pembinaan seni budaya dan juga 
pelestarian heritage sebagai warisan pusaka.

Saat
 ini, dana keistimewaan sedang dibahas di tingkat pusat dan nantinya 
setelah disetujui, pihak pemerintah daerah istimewa Yogyakarta tinggal 
membuat mekanisme pembagiannya saja. Dengan adanya dana keistimewaan ini
 maka DIY sebagai daerah pariwisata akan semakin kuat. Diharapkan 
 Kabupaten Bantul sebagai salah satu daerah wisata akan  mendapatkan 
dana keistimewaan tersebut agar manfaatnya dirasakan oleh seluruh 
masyarakat Bantul. Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata 
seperti wisata pantai, peninggalan bangunan bersejarah, aneka ragam seni
 dan budaya. Berbagai potensi wisata ini layak dikembangkan dan dikelola
 dengan baik agar laku dijual kepada wisatawan. Bahkan DPRD Kabupaten 
Bantul berharap ingin menjadikan Bantul sebagai pintu masuknya wisatawan
 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Demikian diungkapkan oleh Sekretaris 
Komisi B DPRD Kabupaten Bantul, Amir Syarifudin.

Kaitannya
 dengan pengembangan pariwisata di Bantul, Wakil Ketua Komisi B DPRD 
Kabupaten Bantul, Edy Prabowo, SE mengharap warisan budaya dari nenek 
moyang bisa lebih diperhatikan. Bantul memiliki situs kerajaan Mataram 
Islam yang terletak di sebagian wilayah Pleret. Selain itu, peninggalan 
rumah adat jawa di Kotagede yang merupakan bagian dari wilayah Bantul 
kondisinya juga memprihatinkan. Oleh karena itu, nantinya jika dana 
keistimewaan turun akan diprioritaskan untuk membenahi warisan budaya 
heritage, pembinaan kesenian dan juga untuk menumbuhkan desawisata baru.
 Dengan memprioritaskan tiga point ini diharapkan akan memberikan dampak
 positif bagi seluruh masyarakat Bantul.

Bantul
 terkenal sebagai kantong budaya. Daerah ini memiliki banyak seniman dan
 budayawan. Namun sayangnya, pola pengembangan seni dan budaya masih 
bersifat sporadis. Oleh karena itu nanti setelah dana keistimewaan turun
 pemerintah kabupaten Bantul perlu membuat strategi pengembangan 
kebudayaan agar penyelenggaraannya bisa dikelola dengan baik. Setiap 
daerah di DIY memiliki event festival sendiri-sendiri, termasuk juga 
kabupaten Bantul. Penyelenggaraan festival ini memerlukan strategi tepat
 agar tidak bertabrakan dengan event yang diselenggarakan di daerah 
lain, sehingga nantinya penyelenggaraan festival antar daerah satu 
dengan daerah lainnya bisa saling mengisi. Strategi kebudayaan perlu 
dibuat karena merupakan wujud konsekuensi dari penerimaan dana 
keistimewaan. Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten
 Bantul, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/gardu-projo-tamansari-keistimewaan-diy-dalam-konteks-pengembangan-seni-budaya-dan- 
Monday, September 17, 2012
Warna-Warni Pendidikan - Festival Langen Carita dan Kethoprak Lesung 2012
Warna-Warni Pendidikan
Festival Langen Carita dan Kethoprak Lesung 2012
Jumat 14 September 2012

Sebagai
 wujud upaya melestarikan kesenian tradisional langen carita dan 
ketoprak lesung, 9 September 20120 Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah 
Istimewa Yogyakarta menggelar acara bertajuk festival langen carita dan 
ketoprak lesung Yogyakarta. Acara yang digelar di pendopo kantor Dinas 
Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini  diikuti oleh 
kelompok-kelompok paguyuban kesenian dari 4 kabupaten dan 1 kota yang 
ada di DIY.

Langen
 carita adalah kesenian tradisional berupa cerita yang dimainkan secara 
berkelompok dengan koreografi tarian dan lagu-lagu jawa serta iringan 
musik gamelan. Langen carita merupakan  operet anak tradisional jawa.
Sementara
 itu, ketoprak lesung  adalah kesenian tradisional yang berkiblat pada 
kesenian ketoprak namun menggunakan lesung sebagai alat musik pengiring 
utamanya. Selain menggunakan media utama lesung, kethoprak ini juga 
menggunakan alat musik pendukung, seperti kendang, terbang, dan 
seruling. Namun seiring perkembangan jaman  alat musik lain pun ikut 
disertakan mengiringi pertunjukan kesenian ini agar lebih menarik. 
Sedangkan lagu yang dinyanyikan dalam kethoprak lesung adalah 
tembang-tembang yang sesuai dengan tema cerita. Tembang itu tidak hanya 
dinyanyikan oleh sinden tetapi seluruh pemain musik juga ikut bernyanyi 
bersama-sama sehingga nuansa kerakyatan terasa sangat kental.


Cerita
 yang dimainkan pada pertunjukan kethoprak lesung adalah cerita-cerita 
rakyat yang populer di kalangan rakyat kalangan bawah. Selain itu, 
dongeng-dongeng sejarah juga sering menjadi tema pada pertunjukan 
ketoprak lesung. Yang membedakan kethoprak lesung dengan ketoprak 
lainnya adalah adanya unsur tari yang dimainkan secara improvisasi 
ketika pemain masuk ataupun keluar dari panggung pertunjukan. Ketika 
terjadi pergantian setting cerita ataupun keluar masuk tokoh baru dalam 
cerita, musik lesung akan dimainkan beserta lagu yang sesuai dengan tema
 cerita. Selama musik dan lagu ini dimainkan seluruh pemain yang ada 
dipanggung akan menari secara secara improvisasi.

Riwatanya,
 ketoprak lesung dimainkan sebagai pertunjukan rakyat pada malam hari  
dengan menggunakan obor sebagai penerangannya. Lama durasi 
pertunjukannya pun bervariasi, bisa setengah malam  ataupun semalam 
suntuk. Kini pertunjukan kethoprak lesung menjadi pertunjukan langka dan
 hanya dimainkan oleh sangar-sanggar kesenian tradisional. Sedangkan 
durasi pertunjukannya bisa lebih dipersingkat.
Dalam festival 
langen carita dan kethoprak lesung yang digelar oleh Dinas Kebudayaan 
Provinsi DIY tersebut ada beberapa lakon yang dimainkan oleh peserta. 
Dalam kesempatan itu, perwakilan dari Kulonprogo menampilkan langen 
carita berjudul “Ngesat Rawa Pesanggrahan Glagah”. Sementara itu, 
perwakilan dari Kota Yogyakarta membawakan cerita berjudul “AjiSaka”. 
Perwakilan dari Kabupaten Bantul membawakan cerita berjudul “Nawangsih 
Papa”. Sedangkan perwakilan dari Kabupaten Sleman membawakan cerita 
“Kala Murda” dan perwakilan dari Kabupaten Gunungkidul membawakan cerita
 “Kancil Nyolong Timun”.

Lakon-lakon
 cerita ini dimainkan dengan sangat menarik oleh para peserta yang masih
 anak-anak. Melalui kesenian tradisional seperti ini mereka belajar 
untuk bermain seni peran, melakukan koreografi tarian dan gerak  serta 
berdialog dalam bahasa jawa. Festival langen carita tersebut akhirnya 
dimenangkan oleh perwakilan dari Kota Yogyakarta yang membawakan cerita 
berjudul “Ajisaka”.
Setelah festival langen carita selanjutnya 
melihat festival kethoprak lesung. Pada kategori ini pertunjukan yang 
dimainkan peserta semakin menarik karena pemainnya tidak hanya anak-anak
  namun lebih banyak usia remaja. Pada kesempatan itu, kelompok 
kethoprak lesung perwakilan dari Kabupaten Bantul membawakan cerita 
berjudul “Ken Warsi”. Kemudian perwakilan dari Kabupaten Sleman 
membawakan lakon berjudul “Kumbang Katumenggungan”. Sedangkan perwakilan
 dari Kota Yogyakarta membawakan cerita berjudul “Retno Dumilah” dan 
Kabupaten Kulonprogo membawakan cerita berjudul “Laskar Nyi Ageng 
Serang”.

Festival
 kethoprak lesung ini dimenangkan oleh perwakilan dari Kulonprogo dengan
 judul “Laskar Nyi Ageng Serang”. Juri menilai kelompok kethoprak lesung
 ini  menampilkan plot cerita yang kreatif dengan selingan lawak.
Saksikan selengkapnya dalam Warna-Warni Pendidikan, 14 September 2012 pukul 18.00.
Sunday, September 16, 2012
Inspirasi Gaya - Sekar Jagad Pelestari Batik Tradisional
Inspirasi Gaya
Sekar Jagad Pelestari Batik Tradisional
Kamis 13 September 2012

Inspirasi
 Gaya edisi kamis (13/9) menampilkan fashion show batik klasik yang 
digelar oleh Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad  sabtu
 (8/9) lalu di Pendapa Parasamya Kabupaten Bantul. Sekar Jagad sengaja 
menggelar pameran dan fashion show batik di Bantul karena ingin 
menjadikan Bantul istimewa dengan batik klasiknya.

Fashion
 show tersebut menampilkan rancangan desainer ternama Goetpuspo dan Amin
 Hendra Wijaya serta didukung oleh model putra-putri Bantul dan 
koreografer Andi Karang. Acara tersebut dihadiri oleh 100 perajin batik 
dari Kabupaten Bantul dan juga dihadiri oleh Bupati Bantul, Ida Idham 
Samawi. Selain itu, SMP Stelladuce 1 Yogyakarta membuktikan 
kepeduliannya terhadap batik dengan membatik baju seragamnya sesuai 
dengan kreasi masing-masing. Selanjutnya batik hasil kreasi para siswa 
tersebut diperagakan oleh mereka sendiri dalam ajang tersebut.


Dalam
 pergelaran  fashion show Sekar Jagad ini dibagi menjadi tiga sekuen. 
Sekuen pertama dengan menggelar pameran kain batik  klasik Kraton 
Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang diperagakan oleh para anggota PPBI 
Sekar Jagad. Batik klasik yang di pamerkan ini ada berbagai macam motif 
asli dari Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman. Motif tersebut yaitu 
motif semen, ceplok, parang kusumo dan masih banyak lagi. Goresan corak 
batik dalam motif tersebut banyak mengandung makna didalamnya.\


Selanjutnya,
 sekuen kedua menampilkan karya dari perancang senior Goetpoespo. 
Perancang yang telah go international ini menampilkan busana ready to 
wear dari bahan batik klasik dengan warna alam. Karya rancangan dari 
Goetpoespo tersebut terbilang unik karena tanpa dijahit sedikitpun.

Sekuen
 terakhir menghadirkan karya desainer Amin Hendrawijaya. Dalam 
kesempatan itu sang perancang menampilkan karya busana ready to wear 
dari bahan batik klasik dan juga perpaduan lurik serta batik. Dengan 
memadukan bahan batik dan lurik kemudian tercipta semboyan batik lurik 
pantas dilirik karena cantik dan simpatik.

Saksikan selengkapnya dalam Inspirasi Gaya, Kamis 13 September 2012 Pukul 18.00 WIB.
 
 
 
 
