Inspirasi Gaya
Rosso Promosikan Batik Warna Alam Dengan Tarian
Kamis 18 Oktober 2012
Perancang
 dan perajin batik warna alam Rosso kembali menggelar karyanya. Kali ini
 koleksi batik dan busananya dikemas menjadi bagian dari Pegelaran 
Istimewa, 8 tahun Jogja TV. Rosso menggelar 12 busana batik warna alam 
dengan kombinasi tenun serat pisang. Warna coklat lembut berpadu dengan 
warna lembut alam lain. Soal desain Rosso mengkombinasikan rancangan 
busana dengan potongan sederhana, dipadu dengan kain batik yang dililit 
dan dikerut menggelembung di bagian tertentu.

Tak
 hanya memperagakan busana dengan model, Rosso juga menarikan proses 
adiluhung batik dalam Suluk Perawan Batik. Tarian Suluk Perawan Batik 
  merupakan wujud perhatian Rosso atas nilai nilai yang terkandung dalam
 proses pembuatan batik. Dalam karyanya, sang perancang tak sekedar 
memberi apresiasi atas kain batik namun juga tahapan proses 
pembuatannya.

Sebagai
 perajin batik, Rosso memberikan sentuhan batik khas warna alam pada 
busana penari sekaligus menawarkan desain busana batik terbarunya.
Di
 segment ketiga dalam perhelatan HUT Jogja TV ke 8  Rosso menampilkan 
hasil rancangan dari bahan serat pisang yang ditenun dan diberi warna 
gelap. Hasil kreasi dari bahan serat pisang tersebut disulap menjadi 
sebuah busana gala. Sepuluh model cantik memperagakan busana hasil 
rancangan Rosso dengan diiringi lagu campursari bosanova yang 
dilantunkan oleh Dewi Rengganis.

Warna
 alam selalu cenderung  gelap dan natural. Namun Rosso mencoba 
menampilkan batik alam dengan warna yang cerah dan terang. Ketika 
bintang tamu Hudson tampil ke atas panggung, sang perancang menampilkan 
enam model dengan busana ready to wear berbahan batik warna alam yang 
terang dan ceria.

Sebagai
 seorang fashion designer, Rosso concern terhadap bahan-bahan alam dan 
mencoba mengeksplorasi bahan alam menjadi busana elegan. Serat pohon 
pisang adalah bahan yang dipilih Rosso dalam berkarya. Menurutnya serat 
pohon pisang jika ditenun bisa mempunyai kekuatan yang luar biasa, salah
 satunya bisa dikreasikan menjadi busana gala. Dalam membuat busana dari
 serat pohon pisang Rosso bekerjasama dengan seorang produsen dari 
Lampung yang bertugas menyediakan serat pohon pisang.

Saksikan selengkapnya dalam Inspirasi Gaya, 18 Oktober 2012 pukul 18.00 WIB
Saturday, October 20, 2012
Rosso Promosikan Batik Warna Alam Dengan Tarian
Thursday, October 11, 2012
Kekayaan Wisata Di Kabupaten Gunungkidul
Travelling
Kekayaan Wisata Di Kabupaten Gunungkidul
Senin 8 Oktober 2012
Gunungkidul
 merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
 yang terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Kabupaten dengan 
ibukota Wonosari ini memiliki luas wilayah sebesar 1.485 km2 atau 
sekitar 46% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan luas 
wilayah yang besar ini Gunungkidul memiliki potensi wisata cukup banyak 
dan berbeda dengan wilayah lainnya di DIY.
Banyak orang menyangka 
Gunungkidul adalah kabupaten yang sering mengalami kesulitan air. Namun 
siapa sangka kalau sekarang ini wisata yang sedang berkembang di 
Gunungkidul justru wisata air. Sebut saja air terjun Sri Gethuk. Obyek 
wisata yang terletak di Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen ini 
menjadi salah satu obyek wisata alternatif andalan Kabupaten Gunungkidul
 sejak tahun 2009. Hingga saat ini masyarakat Desa Bleberan bekerja sama
 dengan Dinas Pariwisata Gunungkidul terus mengembangkan potensi wisata 
di desa ini.


Selain
 air terjun Sri Gethuk,  Desa Bleberan juga memiliki obyek wisata Goa 
Rancang Kencana serta jelajah desa wisata. Namun saat ini pengembangan 
potensi wisata masih terfokus pada air terjun Sri Gethuk  dengan Desa 
Wisata Bleberan sebagai wisata pendukungnya.
Untuk memudahkan 
wisatawan menuju air terjun Sri Gethuk, Dinas Pariwisata Kabupaten 
Gunungkidul bekerjasama dengan warga telah membuka akses jalan menuju ke
 air terjun tersebut. Selain itu, warga Desa Bleberan juga membuat rakit
 yang disediakan untuk wisatawan yang ingin menuju lokasi air terjun 
dengan mengarungi aliran sungai Oya.
Di lokasi air terjun  
disediakan rompi pelampung yang disewakan kepada pengunjung yang ingin 
bermain di sungai Oya. Sungai dengan air tenang namun cukup dalam ini 
sangat menarik sekali sebagai tempat berenang. Bahkan pengunjung juga 
bisa melompat dari ketinggian 2 meter ke dalam sungai oya ini.
Selain
 itu, pengunjung tidak perlu khawatir dengan terik matahari karena di 
sekitar air terjun tumbuh pepohonan rindang yang membuat suasana sekitar
 terasa sejuk.
Gunungkidul dengan struktur tanahnya yang berupa 
batuan karst memungkinkan air lebih mudah meresap masuk ke tanah  
sehingga bagian permukaan tanah di Gunungkidul tampak kering. Air di 
dalam tanah ini tidak sepenuhnya meresap turun  namun mengalir pada 
lapisan tertentu dan tidak mudah tembus ke dalam tanah. Hal inilah yang 
membuat kawasan Gunungkidul banyak ditemukan goa-goa dan sungai bawah 
tanah  serta hasil tambang batuan karst seperti yang ada di Desa Wisata 
Mojo.
Di Desa Wisata Mojo terdapat goa bawah tanah yang disebut 
Goa Jamprong. Goa ini terhubung dengan dua goa lainnya yakni Goa Gesing 
dan Goa Sinden.

Struktur
 tanah Gunungkidul yang didominasi batuan kapur menjadikan pantai-pantai
 di Gunungkidul berpasir putih. Beberapa pantai di Gunungkidul yang 
namanya belum begitu popular, adalah pantai Jungwok dan pantai Pok 
Tunggal.


Pantai
 Jungwok saat ini sudah bisa dijangkau dengan kendaraan karena telah 
dibuka akses jalan menuju pantai itu. Pantai yang terletak di Desa 
Jepitu Kecamatan Girisubo Gunungkidul ini masih jarang didatangi 
pengunjung sehingga suasana pantai sangat tenang.



Pantai
 lainnya yang masih jarang didatangi pengunjung adalah Pantai Pok 
Tunggal yang terletak di Desa Sidoarjo Kecamatan Tepus. Pantai Pok 
tunggal sebenarnya masih satu kawasan dengan pantai Krakal, Tepus dan 
Pantai Pulang Sawal. Pantai ini sedang dirintis sehingga pengunjung yang
 masuk ke pantai ini tidak ditarik retribusi. Ciri khas pantai ini 
adalah pasir putihnya yang luas dengan sebuah pohon yang rindang 
menghiasi tepiannya. Meskipun namanya belum begitu dikenal luas namun 
pantai ini sudah memiliki fasilitas seperti tempat parkir yang luas, 
kamar mandi  dan juga warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman 
bagi pengunjung.
Saksikan selengkapnya dalam Travelling, Senin 8 Oktober 2012 pukul 13.00 WIB
Monday, October 1, 2012
Kesejahteraan Pedagang Pasar
BHI
Kesejahteraan Pedagang Pasar
Kamis 27 September 2012
Di
 Kabupaten Sleman terdapat sekitar 17 ribu pedang pasar tradisional yang
 menampung produk-produk UKM. Banyaknya para pedagang pasar ini 
memerlukan pembinaan agar mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan para 
pedagang akan tercapai jika kondisi pasar bersih, sehat dan nyaman. 
Untuk itu sarana dan prasarana pasar memerlukan pembenahan. Selain itu 
perilaku pedagang juga harus mencerminkan budaya bersih, sehat dan 
nyaman. Dengan kondisi yang nyaman maka pasar tradisional akan bisa 
bersaing dengan pasar modern. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pasar 
Kabupaten Sleman, Dra. Tri Endah Yitnani, M.Si.

Agar
 pasar tradisional tidak terdesak oleh pasar modern maka dalam draff 
peraturan daerah ditetapkan bahwa jarak antara toko modern non waralaba 
dengan pasar tradisional minimal 100 meter. Walaupun keberadaan pasar 
modern makin marak namun pasar tradisional tidak akan kalah bersaing 
jika dikelola dengan baik. Hal ini karena harga barang di pasar 
tradisional lebih murah dan interaksi antara pedagang dengan pembeli 
lebih intens sehingga bisa tawar menawar.
Persoalan yang sering 
dihadapai oleh pedagang di pasar tradisional adalah adanya rentenir yang
 menjerat para pedagang. Untuk itu, pemerintah daerah wajib membantu 
pedagang agar tidak terjebak rentenir dengan cara bekerjasama dengan 
lembaga perbankan dan lembaga perkreditan.
Mengingat pentingnya 
pasar tradisional yang di dalamnya juga menyangkut nasib para pedagang 
maka diperlukan strategi dalam pembenahan pasar. Dalam waktu 10 tahun ke
 depan konsep pasar tradisional adalah mandiri dan berkoperasi. Artinya 
produk local harus menjadi tuan rumah di pasar itu sendiri dan para 
pedagangnya harus berserikat dalam bentuk koperasi. Untuk menuju pasar 
yang mandiri dan berkoperasi maka ada tiga point utama yang harus 
dibangun, yakni pedagangnya, institusinya (koperasi) dan fisik 
bangunannya. Inilah yang disebut sekolah pasar. Demikian diungkapkan 
oleh Kepala Pusat Studi Kewirausahaan Universitas Mercu Buana Yogyakarta
 dan Direktur Sekolah Pasar, Awan Santosa, SE.. M.Sc.

Persoalan
 yang sering dihadapi adalah lemahnya modal yang dimiliki pedagang 
sehingga pedagang tidak mampu kulakan barang. Untuk itu dibentuk 
koperasi simpan pinjam barang sehingga pedagang bisa mengakses barang di
 koperasi itu. Koperasi ini dibentuk oleh Sekolah Pasar yang bekerjasama
 dengan Desa Mart, dan Desa Mart ini membeli barang dagangan langsung 
dari produsen local. Selanjutnya barang tersebut disuplay ke koperasi 
pasar. Dengan demikian, koperasi simpan pinjam barang menjadi grosir 
barang-barang yang dibutuhkan oleh pedagang.

Parapedagang
 yang menjadi penggerak ekonomi mikro ini tentu mengalami berbagai 
masalah dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Lembaga Ombudsmen 
Daerah (LOD) siap membantu pedagang dalam menyelesaikan masalah yang 
dihadapinya. Hingga saat ini LOD telah menerima aduan dari empat pasar 
di DIY, yakni pasar beringharjo, pasar kolombo, pasar temple dan pasar 
godean. Pasar godean mengadukan masalah jarak antara pasar tradisional 
dan pasar modern yang jaraknya terlalu dekat. Selain jaraknya yang 
dekat, pasar modern tersebut juga menjual barang-barang yang sama dengan
 barang yang dijual di pasar tradisional dan harganya juga murah. Inilah
 tugas yang sedang diselesaikan LOD sebagai lembaga public.
Saturday, September 29, 2012
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
BHI
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
Kamis 27 September 2012
Seiring
 perkembangan teknologi telah ditemukan terobosan dalam pembuatan batik 
secara besar-besaran. Perkembangan teknologi ini nyata-nyata menggeser 
keberadaan batik tulis yang proses pembuatannya memerlukan waktu cukup 
lama. Hadirnya industri batik memunculkan adanya batik palsu yang 
menjadi rival batik asli.
Teknologi telah memunculkan adanya batik
 cap, batik printing, duplex print maupun tekstil motif batik. Sekilas, 
batik palsu tersebut mirip sekali dengan batik tulis karena memang 
dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Namun jika dicermati, batik palsu
 goresannya tidak pas dan terkesan kaku. Di samping itu, antara sisi 
luar dan sisi dalamnya juga tidak sama. Berbeda dengan batik asli yang 
antara sisi luar dan dalamnya tetap sama dan goresan motifnya terlihat 
luwes. Demikian dijelaskan oleh Anggota Dewan Kebudayaan yang juga 
praktisi batik, Haryani Winotosastro.

Menyikapi
 maraknya batik palsu dibutuhkan perhatian pemerintah untuk memberi 
label pada setiap produk batik agar konsumen tidak tertipu. Dalam hal 
ini perajin maupun pedagang batik harus jujur dalam mencatumkan label 
pada produknya, misalnya label batik tulis, cap, printing, tekstil motif
 batik, batik kombinasi maupun duplex print. Jenis yang terakhir ini 
merupakan batik printing namun antara sisi luar dan dalam sama persis 
sehingga menyerupai batik tulis. Untuk itu dibutuhkan labelisasi yang 
jujur agar konsumen tidak menjadi korban penipuan.
Harga batik non
 tulis memang lebih murah sehingga banyak konsumen yang terpikat. Namun 
masyarakat harus sadar bahwa batik tulis adalah warisan budaya yang 
harus dijaga. Menurut Owner Apip Batik, Afif Syakur, “Batik Indonesia 
memiliki falasah tinggi dan berbeda dengan batik dari negara-negara lain
 yang tanpa makna.” Menurutnya membuat batik tulis adalah memberi nyawa 
dalam selembar kain. Setiap goresan batik memiliki makna religius dan 
budaya agar pemakainya menjadi mulia.

Bahkan
 bagi masyarakat Jawa batik adalah bagian hidup manusia. Sejak manusia 
lahir hingga meninggal selalu menggunakan batik. Mengingat begitu 
pentingnya batik dalam kehidupan manusia maka tidak etis jika batik 
tulis digantikan dengan batik palsu. Sebagai pewaris budaya, masyarakat 
harus berpartisipasi turut melestarikan batik asli dengan memakai batik 
tulis dalam setiap kesempatan. Batik tulis tidak selalu mahal, misalnya 
batik madura, dan batik bantulan adalah batik tulis yang harganya 
berkisar di bawah Rp.100.000. Batik tulis membuat pemakainya tampak 
elegan karena dalam setiap goresan batik tulis  terkandung harapan 
mulia.
BHI Peringatan Hari Karangtaruna
BHI
Peringatan Hari Karangtaruna
Rabu 26 September 2012
Majunya
 sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Pemuda menjadi
 garda terdepan dalam pembangunan. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga 
yang berlandaskan spirit pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut 
adalah Karangtaruna.

Bertepatan
 dengan peringatan Hari Karangtaruna, 26 September 2012, Karangtaruna di
 Dhusun Jolosutra, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul dideklarasikan oleh 
tokoh masyarakat setempat sebagai Dusun Kebangsaan. Hal ini tidak lepas 
dari kiprah muda-mudi desa tersebut yang peduli terhadap nilai-nilai 
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat di desa tersebut berupaya 
menggali nilai-nilai Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan 
sehari-hari. Selain itu, Karangtaruna Desa Srimulyo memanfaatkan potensi
 pemuda, potensi wisata, potensi olahraga dan potensi budaya yang ada di
 desa Srimulyo. Demikian disampaikan oleh Ketua Karangtaruna Berprestasi
 Nasional 2011 Desa Srimulyo, Piyungan Bantul, Didik Joko Nugroho.

Atas
 kiprahnya memajukan masyarakat, Pemerintah pusat memilih Karangtaruna 
Desa Srimulyo sebagai karangtaruna terbaik tingkat nasional pada tahun 
2011. Sebelumnya, yakni pada tahun 2005 dan 2009 Karangtaruna Desa 
Srimulyo juga pernah menyabet gelar juara pertama tingkat nasional. 
Ketua Karangtaruna Provinsi DIY, GKR Pembayun mengatakan, “Karangtaruna 
beranggotakan generasi muda mulai dari usia 11 tahun – 45 tahun”. 
Kegiatan karangtaruna lebih bersifat sosial seperti mengurangi 
pengangguran, memberikan pelatihan wirausaha, menggerakkan sanggar 
budaya dan lain-lain. Sebagai contoh adalah didirikannya kedai kopi 
online di Desa Srimulyo, Piyungan Bantul. Para pemuda Desa Srimulyo 
bersama-sama denga warga mengelola kedai kopi online dengan berpijak 
pada nilai-nilai sosial.

Sebagai
 organisasi sosial, karangtaruna memiliki dua tugas pokok, yaitu membina
 generasi muda dan memberikan kesejahteraan sosial. Berbagai masalah 
sosial seperti mencegah timbulnya permasalahan sosial, mengatasi 
pengangguran dan menanamkan nilai nasionalisme merupakan  tanggung jawab
 karangtaruna.  Kiprah yang dilakukan oleh Karangtaruna Desa Srimulyo 
bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk melakukan hal 
yang sama. karena tanggung jawab memajukan bangsa ada di pundak pemuda. 
Demikian diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Drs. 
Sulistya, SH., M.Si.
Thursday, September 27, 2012
BHI - Uji Kompetensi Guru
 
BHI
Uji Kompetensi Guru :
Upaya Memotret Kemampuan dan Keprofesionalan Guru
Senin 24 September 2012
Undang-Undang
 No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa profesi 
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan 
standar kompetensi sesuai bidang tugasnya. Mengacu Undang-undang ini 
maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 
menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru-guru di Indonesia.
Di
 Wilayah DIY Uji Kompetensi Guru (UKG) tahap pertama telah 
diselenggarakan pada bulan juli 2012 dan selanjutnya UKG tahap kedua 
akan digelar pada bulan oktober 2012. Untuk wilayah Bantul dan Sleman 
UKG akan dilaksanakan pada tanggal  9-12 Oktober 2012. Sedangkan untuk 
Kabupaten Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta UKG akan digelar 
pada tanggal 16-19 Oktober 2012. Demikian disampaikan oleh Kepala LPMP 
DIY, Drs. Harmanta, M.Si.

Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY, Drs. Baskara Aji mengatakan,
 “Uji Kompetensi Guru dilaksanakan untuk memetakan kemampuan guru dalam 
menjalankan tugasnya baik dari segi akademis maupun pedagogi”. Dari 
hasil UKG tahap pertama yang dilaksanakan bulan juli lalu, DIY mendapat 
skor nilai terbaik di seluruh Indonesia walaupun nilai rata-ratanya 
hanya mencapai 4,7. Namun setidaknya hasil ini bisa memacu semangat para
 guru dalam meningkatkan kemampuannya.

Setelah
 kemampuan guru dipetakan berdasarkan hasil dari UKG selanjutnya guru 
wajib mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan, sehingga
 diharapkan ke depan mutu pendidikan di Indonesia akan semakin baik.
Wednesday, September 26, 2012
Traveling - Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Traveling
Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Senin 24 September 2012
Sebagai
 upaya nyata meneguhkan eksistensi keistimewaan Yogyakarta, beberapa 
waktu lalu Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 
menggelar acara Festival Bentara Upacara Adat 2012 bertempat di depan 
Bangsal Pagelaran Kraton  Alun-alun utara Yogyakarta.

Festival
 tersebut diikuti lima kelompok yang masing-masing mewakili 4 Kabupaten 
dan 1 Kotamadya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.  Acara 
ini menampilkan lima upacara adat unggulan dari masing-masing kabupaten 
dan kota di Provinsi DIY. Masyarakat dan wisatawan baik domestic maupun 
mancanegara terlihat antusias menyaksikan Festival Bentara Upacara Adat 
2012. Melalui acara ini wisatawan bisa mengetahui bahwa Yogyakarta 
sebagai Kota Budaya memiliki aneka ragam upacara adat di tiap 
kabupaten/kota. Kekayaan budaya ini patut dijadikan potensi wisata untuk
 menarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.

Adabanyak
 sekali upacara adat di Yogyakarta. Hampir setiap daerah di Yogyakarta 
memiliki upacara adat yang berbeda-beda. Upacara adat itu dilakukan 
secara turun temurun dan merupakan wujud nyata tanggung jawab masyarakat
 Yogyakarta untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang. Upacara
 adat merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan 
kepada umatnya. Hal ini penting untuk dipahami masyarakat umum karena 
selama ini mereka terlanjur mengartikan bahwa upacara adat tradisional 
adalah sebuah sikap musrik terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tepat
 pukul 13.00 WIB  acara festival dengan tema “Meneguhkan Eksistensi 
Keistimewaan Yogyakarta dimulai. Acara  diawali dengan kirab peserta 
sepanjang jalan dari museum sonobudoyo menuju depan bangsal pagelaran 
kraton yogyakarta. Selanjutnya masing-masing kelompok menampilkan  
upacara adat yang dibawakan di depan Bangsal Pagelaran Kraton 
Yogyakarta.

Sebagai kelompok pertama adalah perwakilan dari Sleman yang menampilkan upacara adat Sadranan Agung Pangeran Poeroeboyo. Upacara adat berasal dari Desa Sendangtirto Berbah Sleman.
Selanjutnya kelompok kedua adalah perwakilan dari Bantul yang menampilkan upacara adat kupatan jolosutro . Upacara adat ini berasal dari daerah Srimulyo Piyungan Bantul.

Setelah perwakilan dari Bantul  dilanjutkan perwakilan dari Kulon Progo yang menampilkan upacara adat nggumbregi 
 dari daerah Jatimulyo, Girimulyo. Biasanya warga menggelar upacara ini 
pada waktu pagi, di hari selasa kliwon atau jumat kliwon setiap bulan 
suro. Upacara nggumbregi merupakan ungkapan rasa syukur warga ke hadirat Tuhan, atas limpahan rejeki yang berupa raja kaya atau hewan ternak.
Kelompok ke empat adalah perwakilan dari Kota Yogyakarta yang menampilkan upacara adat jogo kali winongo
 dari daerah Notoprajan Ngampilan, Yogyakarta. Upacara ini untuk memohon
 keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai sarana 
membangkitkan semangat warga dalam menjaga lingkungan, terutama 
kebersihan sungai.

Kelompok terakhir adalah perwakilan dari Gunungkidul yang menampilkan upacara adat bersih kali gunungbang. Upacara adat ini berasal Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.  Ritual yang juga disebut ritual bersih kyai sejati
 ini  dilakukan dengan melakukan bersih-bersih pada tiga sumber air di 
gunungbang  yaitu sumur lanang, sumur wedok dan comberan yang konon 
merupakan salah satu petilasan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan sebagai
 ungkapan puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan kecukupan air, 
keselamatan dan kesembuhan warga dari penyakit dan marabahaya.
Melalui
 atraksi seperti ini  diharapkan upacara adat dan budaya dari setiap 
daerah di Provinsi DIY bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Saturday, September 22, 2012
BHI - Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
BHI
Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
Senin 17 September 2012
Pemerintah
 Kota Yogyakarta berkomitmen membangun ruang terbuka hijau untuk 
mewujudkan keseimbangan alam. Ruang terbuka hijau adalah ruang untuk 
paru-paru kota. Wujudnya antara lain taman kota, taman lingkungan, taman
 jalan, dan taman privat yang ada di tingkat rumah tangga. Saat ini, 
ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta sudah mencapai 34 persen. Angka 
ini melebihi dari target yang ditetapkan, yakni 30 persen.

Untuk
 mewujudkan ruang terbuka hijau Pemerintah Kota Yogyakarta membeli lahan
 di kampung-kampung yang digunakan untuk membuat ruang terbuka hijau 
sebagai public space. Namun, jika tidak tersedia lahan 
pemerintah akan membuat pergola untuk tanaman yang bisa meneduhkan. 
Ruang terbuka hijau bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan oksigen dan 
juga untuk resapan air. Untuk melaksanakan program ini Kota Yogyakarta 
sudah mencapai ruang terbuka hijau sebanyak 34 persen. Demikian 
diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir.Eko 
Suryo Maharsono, MM.
Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Yang pertama dilakukan adalah membentuk green community
 atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, misalnya 
komunitas merti code, sego segawe, jari polah dan lain-lain. Jika 
kelompok-kelompok seperti ini sudah terbentuk maka program penghijauan 
akan mudah tercapai.

Kaitannya
 dengan program ruang terbuka hijau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
 (Bappeda) Kota Yogyakarta menginventarisir lahan-lahan  yang bisa 
dikembangkan untuk ruang terbuka hijau. Tahun ini di daerah Gambiran 
Yogyakarta ada lahan seluas 6200 M2 yang akan digunakan untuk membuat 
ruang terbuka hijau. Di lahan ini akan dibangun taman yang bisa 
digunakan untuk kepentingan public. Pembangunan taman tersebut saat ini 
pada tahap detail engineering design. Selain membangun taman 
kota di daerah Gambiran Yogyakarta, Pemkot juga berencana akan 
menghidupkan kembali embung yang dulu ada di Langensari, Pengok 
Yogyakarta. Pembangunan embung dimaksudkan untuk persediaan air dan juga
 mencegah banjir. Demikian dijelaskan oleh Kepala Badan Perencanaan 
Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, Ir. Edy Muhmmad.

Kepala
 Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Provinsi DIY, 
Ir.Hananto, MSc., mengatakan, “Tahun 2012 ini Kota Yogyakarta dan 
Kabupaten Kulonprogo mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat untuk 
melaksanakan program ruang terbuka hijau. Bantuan itu  dimaksudkan untuk
 mendorong masyarakat agar sukses dalam merealisasikan ruang terbuka 
hijau.
http://new.jogjatv.tv/berita/20/09/2012/bhi-kebijakan-pembangunan-ruang-terbuka-hijau-kota-yogyakarta 
Friday, September 21, 2012
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Travelling
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Senin 17 September 2012
Yogyakartamerupakan
 kota budaya yang memiliki obyek-obyek wisata unggulan yang sangat khas 
dan tidak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satu keunikan kota 
Yogyakarta terletak pada tradisi dan budaya lokal yang masih terjaga 
baik hingga saat ini. Warisan budaya ini menjadi senjata ampuh untuk 
mengenalkan Yogyakarta di kancah nasional maupun internasional.

Selama
 ini Yogyakarta dikenal indentik dengan Kraton Kasultanan Yogyakartaya. 
Namun perlu diketahui  bahwa di kota ini pernah berdiri Kerajaan Mataram
 Islam sebagai cikal bakal Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton 
Kasultanan Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam ini berpusat di Kotagede 
yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta.  Hingga kini 
sisa-sisa bangunan sejarah Mataram Islam di Kotagede masih bisa 
dijumpai.
Pemerintah menetapkan Kotagede sebagai kawasan cagar 
budaya dan mengembangkan Kotagede sebagai tujuan wisata budaya dan 
sejarah. Bangunan-bangunan di Kotagede yang memiliki ciri khas unik 
dengan gang-gang sempitnya terus dijaga kelestariannya hingga kini.

Untuk
 mengenang berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, masyarakat 
setempat menggelar event budaya berupa kirab budaya Bedhol Kaprajan. 
Acara tersebut digelar  7 September 2012 di Kotagede. Penyelenggara 
acara adalah masyarakat Kotagede melalui Yayasan Pusdok atau Pusat Studi
 Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede  bekerjasama dengan Dinas 
Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui kirab ini,
 masyarakat Kotagede ingin menunjukkan eksistensinya sebagai keturunan 
dari leluhur pada jaman Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, juga ingin 
menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan Kotagede yang  
terus melaju dari waktu ke waktu tidak sertamerta meninggalkan budaya 
asli yang dimiliki. Inilah wujud jatidiri masyarakat Kotagede yang 
sesungguhnya.

Selain
 untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan kotagede  kirab budaya bedhol 
kaprajan juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri.  Selama ini 
wisatawan hanya mengenal Kraton Kasultanan Yogyakarta saja. sehingga 
melalui acara kirab budaya ini  wisatawan akan tahu dan mengenal lebih 
jauh tentang keberadaan sebuah Kerajaan Mataram Islam di kotagede yang 
menjadi cikal bakal dari Kerajaan Kasunanan Suurakarta dan Kasultanan 
Yogyakarta. Kirab bedhol keprajan juga menjadi media promosi wisata 
untuk mengenalkan Kotagede kepada masyarakat luas.

Kirab
 bedhol keprajan dimulai dari  lapangan Karang Kotagede dan berakhir di 
situs Watu Gilang.  Perserta kirab ini terdiri dari beberapa kelompok 
yang berasal dari masyarakat kota gede  serta beberapa kelompok seni dan
 budaya.  Masyarakat dan wisatawan terlihat antusias menyaksikan kirab 
budaya yang menyimpan makna sejarah ini.

Kirab
 budaya ini merupakan  wujud penghormatan kepada cikal bakal pendiri 
Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yakni  Sutowijaya yang bergelar 
Panembahan Senopati. Selain itu,  kirab budaya ini juga memberikan 
penyadaran dan pembelajaran sejarah bahwa masyarakat Kotagede saat ini 
adalah keturunan dari masyarakat yang dulu didatangkan Sutowijaya dari 
daerah lain untuk meramaikan pusat Kerajaan Mataram Islam di Kotagede. 
Masyarakat Kotagede adalah masyarakat yang dulu ditinggalkan ketika raja
 dan para kerabatnya pindah ke kraton baru di Plered.
Dalam kirab 
budaya bedhol kaprajan tersebut dibawa simbol-simbol yang mengambarkan 
awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yaitu ketika 
Sutawijaya memboyong Kerajaan Pajang untuk membangun sebuah kerajaan 
baru di Kotagede. Disamping memboyong pusaka-pusaka kerajaan,  
Sutowijaya juga membawa kebudayaan dari Kerajaan Pajang. Semua benda 
yang diboyong itu diperagakan peserta kirab dalam acara bedhol kaprajan 
ini.

Sebuah
 kelompok drum band bermain mengawali barisan kirab kemudian disusul 
bregodo pengawal Kerajaan Mataram. Setelah itu dilanjutkan para sentono 
atau keluarga dekat Sutowijaya  yaitu mbok emban  atau pelayan 
perempuan, dan kerabat dekat yang membawa alat-alat rumah tangga seperti
 dandang, dahkinang, kecohan, paidon  dan lain-lain.
Selanjutnya 
disusul kelompok inti dari bedhol kaprajan  yaitu tokoh Sutowijaya 
berkuda membawa replika tombak kyai pleret, Ki Ageng Pemanahan berkuda 
membawa replika keris kyai sengkelat, Ki Juru Mertani berkuda membawa 
replika keris nagasasra sabuk inten  dan barisan alim ulama yang dikawal
 oleh bregodo khusus pengawal.

Peserta
 kirab selanjutnya adalah empat kelompok pembawa pusaka. Terdiri dari 
empat satria yang membawa pusaka gong Kyai Sekar Delima, myang kendhali 
kyai macan guguh, jathayu cekathikan, dan songsong kebesaran bersusun 
tiga, serta ditambah beberapa prajurit membawa dampar kencana atau 
singgasana raja.
Di belakang rombongan inti kirab adalah kelompok 
pembawa peralatan kerajaan. Kelompok ini menceritakan prajurit-prajurit 
boyongan yang membawa bangunan bangsal pendopo, tiang kayu istana, dan 
seperangkat gamelan. Kelompok terakhir dari kirab ini adalah barisan 
abdi dalem yang memikul sepasang gunungan lanang dan wadon.

Gunungan
 adalah symbol sedekah raja kepada rakyatnya. Dalam upacara bedhol 
kaprajan ini  isi dan susunan gunungan adalah bungkusan-bungkusan dari 
daun jati dilambari daun pisang berisi nasi bancakan khas kesukaan 
Panembahan Senopati. Bungkusan ini berupa nasi gudangan, srundeng, gereh
 pethek, kacang abang, kacang tholo, dele ireng goring, sambel tempe 
goring, dan telur goreng. Kedua gunungan ini pada akhir acara akan 
dibagikan kepada masyarakat tanpa harus berebut sebagai simbol 
penghormatan bahwa Panembahan Senopati selalu bertindak adil dan 
bijaksana dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Namun sayang, 
sebelum gunungan dibagikan sudah direbut oleh warga yang hadir.
http://new.jogjatv.tv/berita/19/09/2012/travelling-kirab-budaya-bedhol-keprajan 
Thursday, September 20, 2012
Cemara Udang The Green Wind Breaker
Blusukan
Cemara Udang: The Green Wind Breaker
Rabu 19 September 2012

Beberapa
 waktu terakhir efek pemanasan global telah menyebabkan kenaikan air 
laut akibat melelehnya es di kutub. Gelombang pasang menggerus pasir di 
pesisir pantai sehingga menyebabkan garis pantai semakin menyempit. 
Banyak hal yang mempengaruhi, ketika atmosfer memanas maka lapisan 
permukaan lautan juga akan memanas. Hal tersebut menyebabkan naiknya 
tinggi permukaan laut. Pemanasan global telah menyebabkan melelehnya es 
di kutub. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat hingga 
25 centimeter selama abad ke-20 dan naik hingga mendekati satu meter 
pada abad 21.

Perubahan
 tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. 
Kenaikan air setinggi satu meter dikhawatirkan akan menenggelamkan 
beberapa daerah dan pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai dan bukit 
pasir meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai banjir 
akibat air pasang akan meningkat di daratan.

Kerusakan
 yang terjadi di kawasan pantai selatan Yogyakarta setidaknya telah 
menggugah masyarakat untuk lebih memperhatikan alam. Menanam pohon 
adalah solusi terbaik untuk mengatasi pemanasan global. Pohon dapat 
menyerap gas karbondioksida di udara sehingga mengurangi peningkatan 
suhu di atmosfer.

Langkah
 masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir pantai memang 
telah menunjukkan hasil yang baik, seperti yang dilakukan oleh warga 
pesisir pantai Patehan Gadingsari terutama dalam pengelolaan kawasan 
pesisir. Pohon yang ditanam di daerah pesisir pantai adalah jenis cemara
 udang. Suku cemara-cemaraanatau casuarinaceae
 terdiri dari sekitar 70 jenis. Sebagian besar suku ini terdapat di 
belahan bumi selatan terutama di wilayah tropis termasuk Indo-Malaysia, 
Australia, dan kepulauan Pasifik. cemara adalah tanaman hijau  yang 
sepintas disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan
 besar, terlihat seperti jarum dan buahnya mirip runjung kecil. Cemara 
mempunyai bunga, jantan dan betina. Bunga betina tampak seperti berkas 
rambut kecil dan kemerah-merahan.

Pantai
 Goa Cemara terletak di Dusun Patehan, Gadingsari, Kecamatan Ssanden 
Kabupaten Bantul. Disebut Goa Cemara karena di sepanjang pantai 
ditumbuhi rerimbunan pohon cemara udang yang membentuk lorong di 
tengah-tengahnya mirip seperti goa.

Penanaman
 pohon cemara berawal dari pemikiran warga untuk mencegah pengikisan 
pasir pantai. Salah satunya adalah dengan  memecah angina (wind breaker)
 sehingga angina tidak masuk ke daratan. Warga setempat memilih tanaman 
cemara udang atau casuarina equessetifolia yang
 mampu menahan angin dan dapat hidup di pesisir pantai. Penanaman cemara
 udang di kawasan pesisir selatan Yogyakarta ini merupakan upaya 
konservasi dari abrasi air laut. Cemara udang yang memiliki akar tunjang
 ini mampu mencengkeram tanah dan pasir  sehingga menjadi benteng alam 
dari terjangan ombak samudra hindia. Bentuk pantai yang curam menjadi 
bukti alam bahwa kawasan pantai di Kabupaten Bantul ini rawan abrasi.

Wind
 breaker yang dibuat oleh warga pesisir pantai goa cemara ini sedikit 
banyak telah mempengaruhi pertanian mereka. Sebelumnya tanaman pertanian
 lahan pasir di pesisir pantai selatan Yogyakarta tidak membuahkan hasil
 yang maksimal. Angin laut mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan malah 
merusak tanaman. Namun sekarang, berkat pohon cemara udang yang mereka 
tanam maka hasil pertanian di lahan pasir bisa lebih maksimal.

Saksikan selengkapnya dalam Blusukan, Rabu 19 September 2012 Pukul 19.30 WIB
Wednesday, September 19, 2012
BHI - Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Sabtu 15 September 2012
Secara struktural perempuan sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Hal ini tidak lepas dari budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai kelas ke dua atau subordinat dari laki-laki. Kebijakan pemerintah yang termanisfestasi dalam produk hukum pun masih belum berpihak pada kaum perempuan, misalnya Perda Prostitusi di Bantul.
Perlakuan diskriminatif terhadap perempuan tidak selamanya dilakukan oleh laki-laki, namun ada juga yang dilakukan oleh sesama perempuan. Bahkan secara sistemik, diskriminatif terhadap perempuan sudah membudaya, misalnya siswi hamil dilarang ikut ujian, perempuan dilarang keluar malam hari, perempuan harus sunat dan lain-lain. Bahkan, buku-buku pelajaran SD yang memuat tulisan ibu menanak nasi, bapak membaca koran juga dinilai mendidik anak untuk menempatkan posisi perempuan sebagai kelas ke dua. Demikian dikatakan oleh Bagian Pengembangan Program LSM “Satu Nama” Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) Asteria Metta.

Budaya patriarki yang melekat kuat dalam masyarakat inilah yang harus dibenahi agar perempuan mendapatkan haknya sama dengan laki-laki. Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) saat ini sedang mengawal Perda perlindungan korban kekerasan dan mendorong berbagai macam advokasi, misalnya hak perempuan mendapatkan aborsi yang aman dan legal. Legalitas aborsi mencuat menyusul banyaknya korban pemerkosaan di bawah umur. Perempuan korban perkosaan ini biasanya tidak mau hamil karena secara sosial mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, korban kemudian menggugurkan janin dalam kandungannya dengan cara tidak aman. Lain halnya jika ada kebijakan yang melindungi hak reproduksi perempuan maka kasus aborsi tidak aman tidak akan terjadi.
Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) merupakan jaringan yang anggotanya terdiri dari individu ataupun LSM di Yogyakarta dan luar Yogyakarta. JPY concern terhadap issu perempuan dan anak. Sebagai jaringan, JPY mengupayakan advokasi hingga terjadi perubahan di tingkat kebijakan.

Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin mengatakan, “Dalam ilmu kriminologi perempuan adalah kaum rentan yang sering menjadi korban kekerasan”. Maka sudah sewajarnya hukum memberikan perlindungan lebih kepada kaum perempuan. Perempuan harus didorong agar berkembang sama seperti laki-laki dan tidak dibatasi ruang lingkupnya. Budaya patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi lemah harus dibenahi agar perempuan mampu mengutarakan pendapatnya. Saat ini LBH sedang mengawal proses legislasi DPR agar seluruh produk hukum yang berkaitan dengan perempuan bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan. Selain itu LBH memberikan bantuan hukum kepada perempuan korban kekerasan tanpa memungut biaya.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/bhi-anti-kekerasan-terhadap-perempuan
 
 
 
 
