Inspirasi Gaya
Rosso Promosikan Batik Warna Alam Dengan Tarian
Kamis 18 Oktober 2012
Perancang
dan perajin batik warna alam Rosso kembali menggelar karyanya. Kali ini
koleksi batik dan busananya dikemas menjadi bagian dari Pegelaran
Istimewa, 8 tahun Jogja TV. Rosso menggelar 12 busana batik warna alam
dengan kombinasi tenun serat pisang. Warna coklat lembut berpadu dengan
warna lembut alam lain. Soal desain Rosso mengkombinasikan rancangan
busana dengan potongan sederhana, dipadu dengan kain batik yang dililit
dan dikerut menggelembung di bagian tertentu.
Tak
hanya memperagakan busana dengan model, Rosso juga menarikan proses
adiluhung batik dalam Suluk Perawan Batik. Tarian Suluk Perawan Batik
merupakan wujud perhatian Rosso atas nilai nilai yang terkandung dalam
proses pembuatan batik. Dalam karyanya, sang perancang tak sekedar
memberi apresiasi atas kain batik namun juga tahapan proses
pembuatannya.
Sebagai
perajin batik, Rosso memberikan sentuhan batik khas warna alam pada
busana penari sekaligus menawarkan desain busana batik terbarunya.
Di
segment ketiga dalam perhelatan HUT Jogja TV ke 8 Rosso menampilkan
hasil rancangan dari bahan serat pisang yang ditenun dan diberi warna
gelap. Hasil kreasi dari bahan serat pisang tersebut disulap menjadi
sebuah busana gala. Sepuluh model cantik memperagakan busana hasil
rancangan Rosso dengan diiringi lagu campursari bosanova yang
dilantunkan oleh Dewi Rengganis.
Warna
alam selalu cenderung gelap dan natural. Namun Rosso mencoba
menampilkan batik alam dengan warna yang cerah dan terang. Ketika
bintang tamu Hudson tampil ke atas panggung, sang perancang menampilkan
enam model dengan busana ready to wear berbahan batik warna alam yang
terang dan ceria.
Sebagai
seorang fashion designer, Rosso concern terhadap bahan-bahan alam dan
mencoba mengeksplorasi bahan alam menjadi busana elegan. Serat pohon
pisang adalah bahan yang dipilih Rosso dalam berkarya. Menurutnya serat
pohon pisang jika ditenun bisa mempunyai kekuatan yang luar biasa, salah
satunya bisa dikreasikan menjadi busana gala. Dalam membuat busana dari
serat pohon pisang Rosso bekerjasama dengan seorang produsen dari
Lampung yang bertugas menyediakan serat pohon pisang.
Saksikan selengkapnya dalam Inspirasi Gaya, 18 Oktober 2012 pukul 18.00 WIB
Saturday, October 20, 2012
Rosso Promosikan Batik Warna Alam Dengan Tarian
Thursday, October 11, 2012
Kekayaan Wisata Di Kabupaten Gunungkidul
Travelling
Kekayaan Wisata Di Kabupaten Gunungkidul
Senin 8 Oktober 2012
Gunungkidul
merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
yang terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Kabupaten dengan
ibukota Wonosari ini memiliki luas wilayah sebesar 1.485 km2 atau
sekitar 46% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan luas
wilayah yang besar ini Gunungkidul memiliki potensi wisata cukup banyak
dan berbeda dengan wilayah lainnya di DIY.
Banyak orang menyangka
Gunungkidul adalah kabupaten yang sering mengalami kesulitan air. Namun
siapa sangka kalau sekarang ini wisata yang sedang berkembang di
Gunungkidul justru wisata air. Sebut saja air terjun Sri Gethuk. Obyek
wisata yang terletak di Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen ini
menjadi salah satu obyek wisata alternatif andalan Kabupaten Gunungkidul
sejak tahun 2009. Hingga saat ini masyarakat Desa Bleberan bekerja sama
dengan Dinas Pariwisata Gunungkidul terus mengembangkan potensi wisata
di desa ini.
Selain
air terjun Sri Gethuk, Desa Bleberan juga memiliki obyek wisata Goa
Rancang Kencana serta jelajah desa wisata. Namun saat ini pengembangan
potensi wisata masih terfokus pada air terjun Sri Gethuk dengan Desa
Wisata Bleberan sebagai wisata pendukungnya.
Untuk memudahkan
wisatawan menuju air terjun Sri Gethuk, Dinas Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul bekerjasama dengan warga telah membuka akses jalan menuju ke
air terjun tersebut. Selain itu, warga Desa Bleberan juga membuat rakit
yang disediakan untuk wisatawan yang ingin menuju lokasi air terjun
dengan mengarungi aliran sungai Oya.
Di lokasi air terjun
disediakan rompi pelampung yang disewakan kepada pengunjung yang ingin
bermain di sungai Oya. Sungai dengan air tenang namun cukup dalam ini
sangat menarik sekali sebagai tempat berenang. Bahkan pengunjung juga
bisa melompat dari ketinggian 2 meter ke dalam sungai oya ini.
Selain
itu, pengunjung tidak perlu khawatir dengan terik matahari karena di
sekitar air terjun tumbuh pepohonan rindang yang membuat suasana sekitar
terasa sejuk.
Gunungkidul dengan struktur tanahnya yang berupa
batuan karst memungkinkan air lebih mudah meresap masuk ke tanah
sehingga bagian permukaan tanah di Gunungkidul tampak kering. Air di
dalam tanah ini tidak sepenuhnya meresap turun namun mengalir pada
lapisan tertentu dan tidak mudah tembus ke dalam tanah. Hal inilah yang
membuat kawasan Gunungkidul banyak ditemukan goa-goa dan sungai bawah
tanah serta hasil tambang batuan karst seperti yang ada di Desa Wisata
Mojo.
Di Desa Wisata Mojo terdapat goa bawah tanah yang disebut
Goa Jamprong. Goa ini terhubung dengan dua goa lainnya yakni Goa Gesing
dan Goa Sinden.
Struktur
tanah Gunungkidul yang didominasi batuan kapur menjadikan pantai-pantai
di Gunungkidul berpasir putih. Beberapa pantai di Gunungkidul yang
namanya belum begitu popular, adalah pantai Jungwok dan pantai Pok
Tunggal.
Pantai
Jungwok saat ini sudah bisa dijangkau dengan kendaraan karena telah
dibuka akses jalan menuju pantai itu. Pantai yang terletak di Desa
Jepitu Kecamatan Girisubo Gunungkidul ini masih jarang didatangi
pengunjung sehingga suasana pantai sangat tenang.
Pantai
lainnya yang masih jarang didatangi pengunjung adalah Pantai Pok
Tunggal yang terletak di Desa Sidoarjo Kecamatan Tepus. Pantai Pok
tunggal sebenarnya masih satu kawasan dengan pantai Krakal, Tepus dan
Pantai Pulang Sawal. Pantai ini sedang dirintis sehingga pengunjung yang
masuk ke pantai ini tidak ditarik retribusi. Ciri khas pantai ini
adalah pasir putihnya yang luas dengan sebuah pohon yang rindang
menghiasi tepiannya. Meskipun namanya belum begitu dikenal luas namun
pantai ini sudah memiliki fasilitas seperti tempat parkir yang luas,
kamar mandi dan juga warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman
bagi pengunjung.
Saksikan selengkapnya dalam Travelling, Senin 8 Oktober 2012 pukul 13.00 WIB
Monday, October 1, 2012
Kesejahteraan Pedagang Pasar
BHI
Kesejahteraan Pedagang Pasar
Kamis 27 September 2012
Di
Kabupaten Sleman terdapat sekitar 17 ribu pedang pasar tradisional yang
menampung produk-produk UKM. Banyaknya para pedagang pasar ini
memerlukan pembinaan agar mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan para
pedagang akan tercapai jika kondisi pasar bersih, sehat dan nyaman.
Untuk itu sarana dan prasarana pasar memerlukan pembenahan. Selain itu
perilaku pedagang juga harus mencerminkan budaya bersih, sehat dan
nyaman. Dengan kondisi yang nyaman maka pasar tradisional akan bisa
bersaing dengan pasar modern. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pasar
Kabupaten Sleman, Dra. Tri Endah Yitnani, M.Si.
Agar
pasar tradisional tidak terdesak oleh pasar modern maka dalam draff
peraturan daerah ditetapkan bahwa jarak antara toko modern non waralaba
dengan pasar tradisional minimal 100 meter. Walaupun keberadaan pasar
modern makin marak namun pasar tradisional tidak akan kalah bersaing
jika dikelola dengan baik. Hal ini karena harga barang di pasar
tradisional lebih murah dan interaksi antara pedagang dengan pembeli
lebih intens sehingga bisa tawar menawar.
Persoalan yang sering
dihadapai oleh pedagang di pasar tradisional adalah adanya rentenir yang
menjerat para pedagang. Untuk itu, pemerintah daerah wajib membantu
pedagang agar tidak terjebak rentenir dengan cara bekerjasama dengan
lembaga perbankan dan lembaga perkreditan.
Mengingat pentingnya
pasar tradisional yang di dalamnya juga menyangkut nasib para pedagang
maka diperlukan strategi dalam pembenahan pasar. Dalam waktu 10 tahun ke
depan konsep pasar tradisional adalah mandiri dan berkoperasi. Artinya
produk local harus menjadi tuan rumah di pasar itu sendiri dan para
pedagangnya harus berserikat dalam bentuk koperasi. Untuk menuju pasar
yang mandiri dan berkoperasi maka ada tiga point utama yang harus
dibangun, yakni pedagangnya, institusinya (koperasi) dan fisik
bangunannya. Inilah yang disebut sekolah pasar. Demikian diungkapkan
oleh Kepala Pusat Studi Kewirausahaan Universitas Mercu Buana Yogyakarta
dan Direktur Sekolah Pasar, Awan Santosa, SE.. M.Sc.
Persoalan
yang sering dihadapi adalah lemahnya modal yang dimiliki pedagang
sehingga pedagang tidak mampu kulakan barang. Untuk itu dibentuk
koperasi simpan pinjam barang sehingga pedagang bisa mengakses barang di
koperasi itu. Koperasi ini dibentuk oleh Sekolah Pasar yang bekerjasama
dengan Desa Mart, dan Desa Mart ini membeli barang dagangan langsung
dari produsen local. Selanjutnya barang tersebut disuplay ke koperasi
pasar. Dengan demikian, koperasi simpan pinjam barang menjadi grosir
barang-barang yang dibutuhkan oleh pedagang.
Parapedagang
yang menjadi penggerak ekonomi mikro ini tentu mengalami berbagai
masalah dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Lembaga Ombudsmen
Daerah (LOD) siap membantu pedagang dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Hingga saat ini LOD telah menerima aduan dari empat pasar
di DIY, yakni pasar beringharjo, pasar kolombo, pasar temple dan pasar
godean. Pasar godean mengadukan masalah jarak antara pasar tradisional
dan pasar modern yang jaraknya terlalu dekat. Selain jaraknya yang
dekat, pasar modern tersebut juga menjual barang-barang yang sama dengan
barang yang dijual di pasar tradisional dan harganya juga murah. Inilah
tugas yang sedang diselesaikan LOD sebagai lembaga public.
Saturday, September 29, 2012
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
BHI
Mengapresiasi Batik Tulis Sebagai Karya Seni
Kamis 27 September 2012
Seiring
perkembangan teknologi telah ditemukan terobosan dalam pembuatan batik
secara besar-besaran. Perkembangan teknologi ini nyata-nyata menggeser
keberadaan batik tulis yang proses pembuatannya memerlukan waktu cukup
lama. Hadirnya industri batik memunculkan adanya batik palsu yang
menjadi rival batik asli.
Teknologi telah memunculkan adanya batik
cap, batik printing, duplex print maupun tekstil motif batik. Sekilas,
batik palsu tersebut mirip sekali dengan batik tulis karena memang
dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Namun jika dicermati, batik palsu
goresannya tidak pas dan terkesan kaku. Di samping itu, antara sisi
luar dan sisi dalamnya juga tidak sama. Berbeda dengan batik asli yang
antara sisi luar dan dalamnya tetap sama dan goresan motifnya terlihat
luwes. Demikian dijelaskan oleh Anggota Dewan Kebudayaan yang juga
praktisi batik, Haryani Winotosastro.
Menyikapi
maraknya batik palsu dibutuhkan perhatian pemerintah untuk memberi
label pada setiap produk batik agar konsumen tidak tertipu. Dalam hal
ini perajin maupun pedagang batik harus jujur dalam mencatumkan label
pada produknya, misalnya label batik tulis, cap, printing, tekstil motif
batik, batik kombinasi maupun duplex print. Jenis yang terakhir ini
merupakan batik printing namun antara sisi luar dan dalam sama persis
sehingga menyerupai batik tulis. Untuk itu dibutuhkan labelisasi yang
jujur agar konsumen tidak menjadi korban penipuan.
Harga batik non
tulis memang lebih murah sehingga banyak konsumen yang terpikat. Namun
masyarakat harus sadar bahwa batik tulis adalah warisan budaya yang
harus dijaga. Menurut Owner Apip Batik, Afif Syakur, “Batik Indonesia
memiliki falasah tinggi dan berbeda dengan batik dari negara-negara lain
yang tanpa makna.” Menurutnya membuat batik tulis adalah memberi nyawa
dalam selembar kain. Setiap goresan batik memiliki makna religius dan
budaya agar pemakainya menjadi mulia.
Bahkan
bagi masyarakat Jawa batik adalah bagian hidup manusia. Sejak manusia
lahir hingga meninggal selalu menggunakan batik. Mengingat begitu
pentingnya batik dalam kehidupan manusia maka tidak etis jika batik
tulis digantikan dengan batik palsu. Sebagai pewaris budaya, masyarakat
harus berpartisipasi turut melestarikan batik asli dengan memakai batik
tulis dalam setiap kesempatan. Batik tulis tidak selalu mahal, misalnya
batik madura, dan batik bantulan adalah batik tulis yang harganya
berkisar di bawah Rp.100.000. Batik tulis membuat pemakainya tampak
elegan karena dalam setiap goresan batik tulis terkandung harapan
mulia.
BHI Peringatan Hari Karangtaruna
BHI
Peringatan Hari Karangtaruna
Rabu 26 September 2012
Majunya
sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Pemuda menjadi
garda terdepan dalam pembangunan. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga
yang berlandaskan spirit pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut
adalah Karangtaruna.
Bertepatan
dengan peringatan Hari Karangtaruna, 26 September 2012, Karangtaruna di
Dhusun Jolosutra, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul dideklarasikan oleh
tokoh masyarakat setempat sebagai Dusun Kebangsaan. Hal ini tidak lepas
dari kiprah muda-mudi desa tersebut yang peduli terhadap nilai-nilai
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat di desa tersebut berupaya
menggali nilai-nilai Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, Karangtaruna Desa Srimulyo memanfaatkan potensi
pemuda, potensi wisata, potensi olahraga dan potensi budaya yang ada di
desa Srimulyo. Demikian disampaikan oleh Ketua Karangtaruna Berprestasi
Nasional 2011 Desa Srimulyo, Piyungan Bantul, Didik Joko Nugroho.
Atas
kiprahnya memajukan masyarakat, Pemerintah pusat memilih Karangtaruna
Desa Srimulyo sebagai karangtaruna terbaik tingkat nasional pada tahun
2011. Sebelumnya, yakni pada tahun 2005 dan 2009 Karangtaruna Desa
Srimulyo juga pernah menyabet gelar juara pertama tingkat nasional.
Ketua Karangtaruna Provinsi DIY, GKR Pembayun mengatakan, “Karangtaruna
beranggotakan generasi muda mulai dari usia 11 tahun – 45 tahun”.
Kegiatan karangtaruna lebih bersifat sosial seperti mengurangi
pengangguran, memberikan pelatihan wirausaha, menggerakkan sanggar
budaya dan lain-lain. Sebagai contoh adalah didirikannya kedai kopi
online di Desa Srimulyo, Piyungan Bantul. Para pemuda Desa Srimulyo
bersama-sama denga warga mengelola kedai kopi online dengan berpijak
pada nilai-nilai sosial.
Sebagai
organisasi sosial, karangtaruna memiliki dua tugas pokok, yaitu membina
generasi muda dan memberikan kesejahteraan sosial. Berbagai masalah
sosial seperti mencegah timbulnya permasalahan sosial, mengatasi
pengangguran dan menanamkan nilai nasionalisme merupakan tanggung jawab
karangtaruna. Kiprah yang dilakukan oleh Karangtaruna Desa Srimulyo
bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk melakukan hal
yang sama. karena tanggung jawab memajukan bangsa ada di pundak pemuda.
Demikian diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Drs.
Sulistya, SH., M.Si.
Thursday, September 27, 2012
BHI - Uji Kompetensi Guru
BHI
Uji Kompetensi Guru :
Upaya Memotret Kemampuan dan Keprofesionalan Guru
Senin 24 September 2012
Undang-Undang
No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa profesi
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi sesuai bidang tugasnya. Mengacu Undang-undang ini
maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru-guru di Indonesia.
Di
Wilayah DIY Uji Kompetensi Guru (UKG) tahap pertama telah
diselenggarakan pada bulan juli 2012 dan selanjutnya UKG tahap kedua
akan digelar pada bulan oktober 2012. Untuk wilayah Bantul dan Sleman
UKG akan dilaksanakan pada tanggal 9-12 Oktober 2012. Sedangkan untuk
Kabupaten Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta UKG akan digelar
pada tanggal 16-19 Oktober 2012. Demikian disampaikan oleh Kepala LPMP
DIY, Drs. Harmanta, M.Si.
Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY, Drs. Baskara Aji mengatakan,
“Uji Kompetensi Guru dilaksanakan untuk memetakan kemampuan guru dalam
menjalankan tugasnya baik dari segi akademis maupun pedagogi”. Dari
hasil UKG tahap pertama yang dilaksanakan bulan juli lalu, DIY mendapat
skor nilai terbaik di seluruh Indonesia walaupun nilai rata-ratanya
hanya mencapai 4,7. Namun setidaknya hasil ini bisa memacu semangat para
guru dalam meningkatkan kemampuannya.
Setelah
kemampuan guru dipetakan berdasarkan hasil dari UKG selanjutnya guru
wajib mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan, sehingga
diharapkan ke depan mutu pendidikan di Indonesia akan semakin baik.
Wednesday, September 26, 2012
Traveling - Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Traveling
Festival Bentara Upacara Adat Yogyakarta 2012
Senin 24 September 2012
Sebagai
upaya nyata meneguhkan eksistensi keistimewaan Yogyakarta, beberapa
waktu lalu Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menggelar acara Festival Bentara Upacara Adat 2012 bertempat di depan
Bangsal Pagelaran Kraton Alun-alun utara Yogyakarta.
Festival
tersebut diikuti lima kelompok yang masing-masing mewakili 4 Kabupaten
dan 1 Kotamadya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara
ini menampilkan lima upacara adat unggulan dari masing-masing kabupaten
dan kota di Provinsi DIY. Masyarakat dan wisatawan baik domestic maupun
mancanegara terlihat antusias menyaksikan Festival Bentara Upacara Adat
2012. Melalui acara ini wisatawan bisa mengetahui bahwa Yogyakarta
sebagai Kota Budaya memiliki aneka ragam upacara adat di tiap
kabupaten/kota. Kekayaan budaya ini patut dijadikan potensi wisata untuk
menarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.
Adabanyak
sekali upacara adat di Yogyakarta. Hampir setiap daerah di Yogyakarta
memiliki upacara adat yang berbeda-beda. Upacara adat itu dilakukan
secara turun temurun dan merupakan wujud nyata tanggung jawab masyarakat
Yogyakarta untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang. Upacara
adat merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan
kepada umatnya. Hal ini penting untuk dipahami masyarakat umum karena
selama ini mereka terlanjur mengartikan bahwa upacara adat tradisional
adalah sebuah sikap musrik terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tepat
pukul 13.00 WIB acara festival dengan tema “Meneguhkan Eksistensi
Keistimewaan Yogyakarta dimulai. Acara diawali dengan kirab peserta
sepanjang jalan dari museum sonobudoyo menuju depan bangsal pagelaran
kraton yogyakarta. Selanjutnya masing-masing kelompok menampilkan
upacara adat yang dibawakan di depan Bangsal Pagelaran Kraton
Yogyakarta.
Sebagai kelompok pertama adalah perwakilan dari Sleman yang menampilkan upacara adat Sadranan Agung Pangeran Poeroeboyo. Upacara adat berasal dari Desa Sendangtirto Berbah Sleman.
Selanjutnya kelompok kedua adalah perwakilan dari Bantul yang menampilkan upacara adat kupatan jolosutro . Upacara adat ini berasal dari daerah Srimulyo Piyungan Bantul.
Setelah perwakilan dari Bantul dilanjutkan perwakilan dari Kulon Progo yang menampilkan upacara adat nggumbregi
dari daerah Jatimulyo, Girimulyo. Biasanya warga menggelar upacara ini
pada waktu pagi, di hari selasa kliwon atau jumat kliwon setiap bulan
suro. Upacara nggumbregi merupakan ungkapan rasa syukur warga ke hadirat Tuhan, atas limpahan rejeki yang berupa raja kaya atau hewan ternak.
Kelompok ke empat adalah perwakilan dari Kota Yogyakarta yang menampilkan upacara adat jogo kali winongo
dari daerah Notoprajan Ngampilan, Yogyakarta. Upacara ini untuk memohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai sarana
membangkitkan semangat warga dalam menjaga lingkungan, terutama
kebersihan sungai.
Kelompok terakhir adalah perwakilan dari Gunungkidul yang menampilkan upacara adat bersih kali gunungbang. Upacara adat ini berasal Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul. Ritual yang juga disebut ritual bersih kyai sejati
ini dilakukan dengan melakukan bersih-bersih pada tiga sumber air di
gunungbang yaitu sumur lanang, sumur wedok dan comberan yang konon
merupakan salah satu petilasan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan sebagai
ungkapan puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan kecukupan air,
keselamatan dan kesembuhan warga dari penyakit dan marabahaya.
Melalui
atraksi seperti ini diharapkan upacara adat dan budaya dari setiap
daerah di Provinsi DIY bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Saturday, September 22, 2012
BHI - Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
BHI
Kebijakan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta
Senin 17 September 2012
Pemerintah
Kota Yogyakarta berkomitmen membangun ruang terbuka hijau untuk
mewujudkan keseimbangan alam. Ruang terbuka hijau adalah ruang untuk
paru-paru kota. Wujudnya antara lain taman kota, taman lingkungan, taman
jalan, dan taman privat yang ada di tingkat rumah tangga. Saat ini,
ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta sudah mencapai 34 persen. Angka
ini melebihi dari target yang ditetapkan, yakni 30 persen.
Untuk
mewujudkan ruang terbuka hijau Pemerintah Kota Yogyakarta membeli lahan
di kampung-kampung yang digunakan untuk membuat ruang terbuka hijau
sebagai public space. Namun, jika tidak tersedia lahan
pemerintah akan membuat pergola untuk tanaman yang bisa meneduhkan.
Ruang terbuka hijau bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan oksigen dan
juga untuk resapan air. Untuk melaksanakan program ini Kota Yogyakarta
sudah mencapai ruang terbuka hijau sebanyak 34 persen. Demikian
diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir.Eko
Suryo Maharsono, MM.
Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Yang pertama dilakukan adalah membentuk green community
atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, misalnya
komunitas merti code, sego segawe, jari polah dan lain-lain. Jika
kelompok-kelompok seperti ini sudah terbentuk maka program penghijauan
akan mudah tercapai.
Kaitannya
dengan program ruang terbuka hijau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kota Yogyakarta menginventarisir lahan-lahan yang bisa
dikembangkan untuk ruang terbuka hijau. Tahun ini di daerah Gambiran
Yogyakarta ada lahan seluas 6200 M2 yang akan digunakan untuk membuat
ruang terbuka hijau. Di lahan ini akan dibangun taman yang bisa
digunakan untuk kepentingan public. Pembangunan taman tersebut saat ini
pada tahap detail engineering design. Selain membangun taman
kota di daerah Gambiran Yogyakarta, Pemkot juga berencana akan
menghidupkan kembali embung yang dulu ada di Langensari, Pengok
Yogyakarta. Pembangunan embung dimaksudkan untuk persediaan air dan juga
mencegah banjir. Demikian dijelaskan oleh Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, Ir. Edy Muhmmad.
Kepala
Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Provinsi DIY,
Ir.Hananto, MSc., mengatakan, “Tahun 2012 ini Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Kulonprogo mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat untuk
melaksanakan program ruang terbuka hijau. Bantuan itu dimaksudkan untuk
mendorong masyarakat agar sukses dalam merealisasikan ruang terbuka
hijau.
http://new.jogjatv.tv/berita/20/09/2012/bhi-kebijakan-pembangunan-ruang-terbuka-hijau-kota-yogyakarta
Friday, September 21, 2012
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Travelling
Kirab Budaya Bedhol Keprajan
Senin 17 September 2012
Yogyakartamerupakan
kota budaya yang memiliki obyek-obyek wisata unggulan yang sangat khas
dan tidak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satu keunikan kota
Yogyakarta terletak pada tradisi dan budaya lokal yang masih terjaga
baik hingga saat ini. Warisan budaya ini menjadi senjata ampuh untuk
mengenalkan Yogyakarta di kancah nasional maupun internasional.
Selama
ini Yogyakarta dikenal indentik dengan Kraton Kasultanan Yogyakartaya.
Namun perlu diketahui bahwa di kota ini pernah berdiri Kerajaan Mataram
Islam sebagai cikal bakal Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton
Kasultanan Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam ini berpusat di Kotagede
yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta. Hingga kini
sisa-sisa bangunan sejarah Mataram Islam di Kotagede masih bisa
dijumpai.
Pemerintah menetapkan Kotagede sebagai kawasan cagar
budaya dan mengembangkan Kotagede sebagai tujuan wisata budaya dan
sejarah. Bangunan-bangunan di Kotagede yang memiliki ciri khas unik
dengan gang-gang sempitnya terus dijaga kelestariannya hingga kini.
Untuk
mengenang berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, masyarakat
setempat menggelar event budaya berupa kirab budaya Bedhol Kaprajan.
Acara tersebut digelar 7 September 2012 di Kotagede. Penyelenggara
acara adalah masyarakat Kotagede melalui Yayasan Pusdok atau Pusat Studi
Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede bekerjasama dengan Dinas
Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui kirab ini,
masyarakat Kotagede ingin menunjukkan eksistensinya sebagai keturunan
dari leluhur pada jaman Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, juga ingin
menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan Kotagede yang
terus melaju dari waktu ke waktu tidak sertamerta meninggalkan budaya
asli yang dimiliki. Inilah wujud jatidiri masyarakat Kotagede yang
sesungguhnya.
Selain
untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan kotagede kirab budaya bedhol
kaprajan juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri. Selama ini
wisatawan hanya mengenal Kraton Kasultanan Yogyakarta saja. sehingga
melalui acara kirab budaya ini wisatawan akan tahu dan mengenal lebih
jauh tentang keberadaan sebuah Kerajaan Mataram Islam di kotagede yang
menjadi cikal bakal dari Kerajaan Kasunanan Suurakarta dan Kasultanan
Yogyakarta. Kirab bedhol keprajan juga menjadi media promosi wisata
untuk mengenalkan Kotagede kepada masyarakat luas.
Kirab
bedhol keprajan dimulai dari lapangan Karang Kotagede dan berakhir di
situs Watu Gilang. Perserta kirab ini terdiri dari beberapa kelompok
yang berasal dari masyarakat kota gede serta beberapa kelompok seni dan
budaya. Masyarakat dan wisatawan terlihat antusias menyaksikan kirab
budaya yang menyimpan makna sejarah ini.
Kirab
budaya ini merupakan wujud penghormatan kepada cikal bakal pendiri
Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yakni Sutowijaya yang bergelar
Panembahan Senopati. Selain itu, kirab budaya ini juga memberikan
penyadaran dan pembelajaran sejarah bahwa masyarakat Kotagede saat ini
adalah keturunan dari masyarakat yang dulu didatangkan Sutowijaya dari
daerah lain untuk meramaikan pusat Kerajaan Mataram Islam di Kotagede.
Masyarakat Kotagede adalah masyarakat yang dulu ditinggalkan ketika raja
dan para kerabatnya pindah ke kraton baru di Plered.
Dalam kirab
budaya bedhol kaprajan tersebut dibawa simbol-simbol yang mengambarkan
awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yaitu ketika
Sutawijaya memboyong Kerajaan Pajang untuk membangun sebuah kerajaan
baru di Kotagede. Disamping memboyong pusaka-pusaka kerajaan,
Sutowijaya juga membawa kebudayaan dari Kerajaan Pajang. Semua benda
yang diboyong itu diperagakan peserta kirab dalam acara bedhol kaprajan
ini.
Sebuah
kelompok drum band bermain mengawali barisan kirab kemudian disusul
bregodo pengawal Kerajaan Mataram. Setelah itu dilanjutkan para sentono
atau keluarga dekat Sutowijaya yaitu mbok emban atau pelayan
perempuan, dan kerabat dekat yang membawa alat-alat rumah tangga seperti
dandang, dahkinang, kecohan, paidon dan lain-lain.
Selanjutnya
disusul kelompok inti dari bedhol kaprajan yaitu tokoh Sutowijaya
berkuda membawa replika tombak kyai pleret, Ki Ageng Pemanahan berkuda
membawa replika keris kyai sengkelat, Ki Juru Mertani berkuda membawa
replika keris nagasasra sabuk inten dan barisan alim ulama yang dikawal
oleh bregodo khusus pengawal.
Peserta
kirab selanjutnya adalah empat kelompok pembawa pusaka. Terdiri dari
empat satria yang membawa pusaka gong Kyai Sekar Delima, myang kendhali
kyai macan guguh, jathayu cekathikan, dan songsong kebesaran bersusun
tiga, serta ditambah beberapa prajurit membawa dampar kencana atau
singgasana raja.
Di belakang rombongan inti kirab adalah kelompok
pembawa peralatan kerajaan. Kelompok ini menceritakan prajurit-prajurit
boyongan yang membawa bangunan bangsal pendopo, tiang kayu istana, dan
seperangkat gamelan. Kelompok terakhir dari kirab ini adalah barisan
abdi dalem yang memikul sepasang gunungan lanang dan wadon.
Gunungan
adalah symbol sedekah raja kepada rakyatnya. Dalam upacara bedhol
kaprajan ini isi dan susunan gunungan adalah bungkusan-bungkusan dari
daun jati dilambari daun pisang berisi nasi bancakan khas kesukaan
Panembahan Senopati. Bungkusan ini berupa nasi gudangan, srundeng, gereh
pethek, kacang abang, kacang tholo, dele ireng goring, sambel tempe
goring, dan telur goreng. Kedua gunungan ini pada akhir acara akan
dibagikan kepada masyarakat tanpa harus berebut sebagai simbol
penghormatan bahwa Panembahan Senopati selalu bertindak adil dan
bijaksana dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Namun sayang,
sebelum gunungan dibagikan sudah direbut oleh warga yang hadir.
http://new.jogjatv.tv/berita/19/09/2012/travelling-kirab-budaya-bedhol-keprajan
Thursday, September 20, 2012
Cemara Udang The Green Wind Breaker
Blusukan
Cemara Udang: The Green Wind Breaker
Rabu 19 September 2012
Beberapa
waktu terakhir efek pemanasan global telah menyebabkan kenaikan air
laut akibat melelehnya es di kutub. Gelombang pasang menggerus pasir di
pesisir pantai sehingga menyebabkan garis pantai semakin menyempit.
Banyak hal yang mempengaruhi, ketika atmosfer memanas maka lapisan
permukaan lautan juga akan memanas. Hal tersebut menyebabkan naiknya
tinggi permukaan laut. Pemanasan global telah menyebabkan melelehnya es
di kutub. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat hingga
25 centimeter selama abad ke-20 dan naik hingga mendekati satu meter
pada abad 21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan air setinggi satu meter dikhawatirkan akan menenggelamkan
beberapa daerah dan pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai dan bukit
pasir meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai banjir
akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Kerusakan
yang terjadi di kawasan pantai selatan Yogyakarta setidaknya telah
menggugah masyarakat untuk lebih memperhatikan alam. Menanam pohon
adalah solusi terbaik untuk mengatasi pemanasan global. Pohon dapat
menyerap gas karbondioksida di udara sehingga mengurangi peningkatan
suhu di atmosfer.
Langkah
masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir pantai memang
telah menunjukkan hasil yang baik, seperti yang dilakukan oleh warga
pesisir pantai Patehan Gadingsari terutama dalam pengelolaan kawasan
pesisir. Pohon yang ditanam di daerah pesisir pantai adalah jenis cemara
udang. Suku cemara-cemaraanatau casuarinaceae
terdiri dari sekitar 70 jenis. Sebagian besar suku ini terdapat di
belahan bumi selatan terutama di wilayah tropis termasuk Indo-Malaysia,
Australia, dan kepulauan Pasifik. cemara adalah tanaman hijau yang
sepintas disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan
besar, terlihat seperti jarum dan buahnya mirip runjung kecil. Cemara
mempunyai bunga, jantan dan betina. Bunga betina tampak seperti berkas
rambut kecil dan kemerah-merahan.
Pantai
Goa Cemara terletak di Dusun Patehan, Gadingsari, Kecamatan Ssanden
Kabupaten Bantul. Disebut Goa Cemara karena di sepanjang pantai
ditumbuhi rerimbunan pohon cemara udang yang membentuk lorong di
tengah-tengahnya mirip seperti goa.
Penanaman
pohon cemara berawal dari pemikiran warga untuk mencegah pengikisan
pasir pantai. Salah satunya adalah dengan memecah angina (wind breaker)
sehingga angina tidak masuk ke daratan. Warga setempat memilih tanaman
cemara udang atau casuarina equessetifolia yang
mampu menahan angin dan dapat hidup di pesisir pantai. Penanaman cemara
udang di kawasan pesisir selatan Yogyakarta ini merupakan upaya
konservasi dari abrasi air laut. Cemara udang yang memiliki akar tunjang
ini mampu mencengkeram tanah dan pasir sehingga menjadi benteng alam
dari terjangan ombak samudra hindia. Bentuk pantai yang curam menjadi
bukti alam bahwa kawasan pantai di Kabupaten Bantul ini rawan abrasi.
Wind
breaker yang dibuat oleh warga pesisir pantai goa cemara ini sedikit
banyak telah mempengaruhi pertanian mereka. Sebelumnya tanaman pertanian
lahan pasir di pesisir pantai selatan Yogyakarta tidak membuahkan hasil
yang maksimal. Angin laut mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan malah
merusak tanaman. Namun sekarang, berkat pohon cemara udang yang mereka
tanam maka hasil pertanian di lahan pasir bisa lebih maksimal.
Saksikan selengkapnya dalam Blusukan, Rabu 19 September 2012 Pukul 19.30 WIB
Wednesday, September 19, 2012
BHI - Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Sabtu 15 September 2012
Secara struktural perempuan sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Hal ini tidak lepas dari budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai kelas ke dua atau subordinat dari laki-laki. Kebijakan pemerintah yang termanisfestasi dalam produk hukum pun masih belum berpihak pada kaum perempuan, misalnya Perda Prostitusi di Bantul.
Perlakuan diskriminatif terhadap perempuan tidak selamanya dilakukan oleh laki-laki, namun ada juga yang dilakukan oleh sesama perempuan. Bahkan secara sistemik, diskriminatif terhadap perempuan sudah membudaya, misalnya siswi hamil dilarang ikut ujian, perempuan dilarang keluar malam hari, perempuan harus sunat dan lain-lain. Bahkan, buku-buku pelajaran SD yang memuat tulisan ibu menanak nasi, bapak membaca koran juga dinilai mendidik anak untuk menempatkan posisi perempuan sebagai kelas ke dua. Demikian dikatakan oleh Bagian Pengembangan Program LSM “Satu Nama” Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) Asteria Metta.
Budaya patriarki yang melekat kuat dalam masyarakat inilah yang harus dibenahi agar perempuan mendapatkan haknya sama dengan laki-laki. Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) saat ini sedang mengawal Perda perlindungan korban kekerasan dan mendorong berbagai macam advokasi, misalnya hak perempuan mendapatkan aborsi yang aman dan legal. Legalitas aborsi mencuat menyusul banyaknya korban pemerkosaan di bawah umur. Perempuan korban perkosaan ini biasanya tidak mau hamil karena secara sosial mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, korban kemudian menggugurkan janin dalam kandungannya dengan cara tidak aman. Lain halnya jika ada kebijakan yang melindungi hak reproduksi perempuan maka kasus aborsi tidak aman tidak akan terjadi.
Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) merupakan jaringan yang anggotanya terdiri dari individu ataupun LSM di Yogyakarta dan luar Yogyakarta. JPY concern terhadap issu perempuan dan anak. Sebagai jaringan, JPY mengupayakan advokasi hingga terjadi perubahan di tingkat kebijakan.
Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin mengatakan, “Dalam ilmu kriminologi perempuan adalah kaum rentan yang sering menjadi korban kekerasan”. Maka sudah sewajarnya hukum memberikan perlindungan lebih kepada kaum perempuan. Perempuan harus didorong agar berkembang sama seperti laki-laki dan tidak dibatasi ruang lingkupnya. Budaya patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi lemah harus dibenahi agar perempuan mampu mengutarakan pendapatnya. Saat ini LBH sedang mengawal proses legislasi DPR agar seluruh produk hukum yang berkaitan dengan perempuan bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan. Selain itu LBH memberikan bantuan hukum kepada perempuan korban kekerasan tanpa memungut biaya.
http://new.jogjatv.tv/berita/18/09/2012/bhi-anti-kekerasan-terhadap-perempuan