Yogyakarta, www.jogjatv.tv - Semakin tingginya kesadaran orangtua untuk menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus, mempengaruhi peningkatan jumlah penerimaan siswa baru, di sebagian besar Sekolah Luar Biasa SLB di Provinsi DIY. Tidak terkecuali di SLB Pembina Yogyakarta, yang sejak tahun 2007 mengalami peningkatan volume siswa yang masuk, sebesar 10% tiap tahun.
Stigma menyekolahkan anak berkebutuhan khusus, atau ABK di SLB, akan membuat malu orangtua, mulai tergeser dengan sosialisasi intens dari pemerintah mengenai perlunya pemenuhan hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, serta upaya peningkatan kualitas Sekolah Luar Biasa. Bila sebelumnya orangtua lebih memilih menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus di sekolah inklusi, agar mendapat perlakuan yang setara dengan anak pada umumnya, kini minat untuk menyekolahkan ABK di SLB semakin besar. Hal tersebut mempengaruhi peningkatan jumlah siswa baru tiap tahunnya, di sebagian besar SLB di DIY. Seperti di SLB Pembina Yogyakarta. Menurut salah satu guru pembimbing, Hartanto, sejak tahun 2007 SLB Pembina mengalami peningkatan jumlah siswa baru, rata-rata sebesar 10% tiap tahunnya. Saat ini SLB Pembina memiliki 42 murid dari tingkat SD sampai SMA.
Namun seiring tingginya kesadaran menyekolahkan ABK di sekolah khusus, kendala penumpukan siswa di kelas tertentu, juga kerap dialami pihak sekolah, yang mana menyulitkan guru dalam melakukan bimbingan secara ideal. Sebagai SLB golongan C, SLB Pembina selalu mengupayakan 1 guru hanya menangani 8 siswa. Sehingga bila terjadi penumpukan di kelas tertentu, maka pihak sekolah akan membaginya dalam beberapa kelas.
Edna-Fina
Stigma menyekolahkan anak berkebutuhan khusus, atau ABK di SLB, akan membuat malu orangtua, mulai tergeser dengan sosialisasi intens dari pemerintah mengenai perlunya pemenuhan hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, serta upaya peningkatan kualitas Sekolah Luar Biasa. Bila sebelumnya orangtua lebih memilih menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus di sekolah inklusi, agar mendapat perlakuan yang setara dengan anak pada umumnya, kini minat untuk menyekolahkan ABK di SLB semakin besar. Hal tersebut mempengaruhi peningkatan jumlah siswa baru tiap tahunnya, di sebagian besar SLB di DIY. Seperti di SLB Pembina Yogyakarta. Menurut salah satu guru pembimbing, Hartanto, sejak tahun 2007 SLB Pembina mengalami peningkatan jumlah siswa baru, rata-rata sebesar 10% tiap tahunnya. Saat ini SLB Pembina memiliki 42 murid dari tingkat SD sampai SMA.
Namun seiring tingginya kesadaran menyekolahkan ABK di sekolah khusus, kendala penumpukan siswa di kelas tertentu, juga kerap dialami pihak sekolah, yang mana menyulitkan guru dalam melakukan bimbingan secara ideal. Sebagai SLB golongan C, SLB Pembina selalu mengupayakan 1 guru hanya menangani 8 siswa. Sehingga bila terjadi penumpukan di kelas tertentu, maka pihak sekolah akan membaginya dalam beberapa kelas.
Edna-Fina