Yogyakarta, www.jogjatv.tv - Untuk menyemarakan acara Face of Jogja yang digelar di Plaza Monumen SO 1 Maret, Sabtu Malam(16/4), panitia menggelar dialog perjuangan dan pentas musik. Dialog Ketahanan Budaya Jogja dalam prefektif Segara Amarto dengan moderator Gatot Marsono menampilkan nara sumber, diantaranya tokoh pejuang Jogja, Holot Sudjiman dan Wawali Yogyakarta, Haryadi Suyuti.
Menurut Haryadi Suyuti, suatu perjuangan merupakan lembaran sejarah yang sulit dilupakan dan perlu dilestarikan serta diabadikan. Perjuangan sampai kapanpun dan dimanapun tetap berjalan seiring dengan lajunya zaman. Maka dengan tema dialog “Ketahanan Budaya Jogja Segara Amarto” memilki arti dan makna kemajuan wilayah atau lembaga. Segara Amarta yang artinya semangat gotong royong, aman dan tumoto yang sesuai untuk membangun pertahanan Kota Yogyakarta yang berslogan “Jogja Berhati Nyaman”. Dalam perjuangan ini, pemerintah merupakan harapan serta tumpuan bagi ketentreman, dan kesejahteraan warga Yogyakarta.
Sementara itu, tokoh pejuang Jogja, Holot Sudjiman menceritakan, perjuangannya dalam merebut Kota Jogja 7 Oktober beberapa tahun silam di Kotabaru, yang dilakukan bersama beberapa rekannya hanya dengan senjata seadanya. Menurut beliau, berjuang tidak ada habisnya. Kalau dulu berjuang merebut Kota Jogja, sekarang harus tetap berjuang mempertahankan Keistimewaan Yogyakarta.
Nadi Mulyadi
Menurut Haryadi Suyuti, suatu perjuangan merupakan lembaran sejarah yang sulit dilupakan dan perlu dilestarikan serta diabadikan. Perjuangan sampai kapanpun dan dimanapun tetap berjalan seiring dengan lajunya zaman. Maka dengan tema dialog “Ketahanan Budaya Jogja Segara Amarto” memilki arti dan makna kemajuan wilayah atau lembaga. Segara Amarta yang artinya semangat gotong royong, aman dan tumoto yang sesuai untuk membangun pertahanan Kota Yogyakarta yang berslogan “Jogja Berhati Nyaman”. Dalam perjuangan ini, pemerintah merupakan harapan serta tumpuan bagi ketentreman, dan kesejahteraan warga Yogyakarta.
Sementara itu, tokoh pejuang Jogja, Holot Sudjiman menceritakan, perjuangannya dalam merebut Kota Jogja 7 Oktober beberapa tahun silam di Kotabaru, yang dilakukan bersama beberapa rekannya hanya dengan senjata seadanya. Menurut beliau, berjuang tidak ada habisnya. Kalau dulu berjuang merebut Kota Jogja, sekarang harus tetap berjuang mempertahankan Keistimewaan Yogyakarta.
Nadi Mulyadi