Bantul, www.jogjatv.tv - Menjamurnya produk tas buatan China selama 6 bulan terahir, dikeluhkan oleh perajin tas di Bantul. Untuk mempertahankan produksi, perajin tas kini mulai beralih membuat tas batik, karena bahan baku tas seperti platik dan vinyl kini sulit didapatkan.
Bambang, seorang perajin tas dari Pedukuhan Watu Kempul, Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Bantul mengakui, sejak menjamurnya produk tas impor dari China dipasaran, kapasitas produksinya menurun drastis. Jika sebelumnya ia dengan dibantu 12 karyawanya mampu memproduksi hingga 150 buah tas per hari, kini ia hanya mampu memproduksi tas sekitar 50 unit saja perharinya. Bahkan untuk mempertahankan hidup usahanya, Bambang mulai beralih memproduksi tas batik.
Selain serbuan produk tas China, perajin tas lokal juga mengeluhkan sulitnya menemukan bahan baku tas yang berkualitas. Plastik dan vinyl yang dijual dipasaran lokal dinilai kurang bermutu, sehingga jika dibuat menjadi tas, harga jualnya juga kurang bersaing. Para perajin ini hanya bisa berharap agar pemerintah bisa membatasi peredaran produk tas impor dari China, sehingga perajin dapat kembali memproduksi tas seperti sebelumnya.
Anang Zainuddin
Bambang, seorang perajin tas dari Pedukuhan Watu Kempul, Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Bantul mengakui, sejak menjamurnya produk tas impor dari China dipasaran, kapasitas produksinya menurun drastis. Jika sebelumnya ia dengan dibantu 12 karyawanya mampu memproduksi hingga 150 buah tas per hari, kini ia hanya mampu memproduksi tas sekitar 50 unit saja perharinya. Bahkan untuk mempertahankan hidup usahanya, Bambang mulai beralih memproduksi tas batik.
Selain serbuan produk tas China, perajin tas lokal juga mengeluhkan sulitnya menemukan bahan baku tas yang berkualitas. Plastik dan vinyl yang dijual dipasaran lokal dinilai kurang bermutu, sehingga jika dibuat menjadi tas, harga jualnya juga kurang bersaing. Para perajin ini hanya bisa berharap agar pemerintah bisa membatasi peredaran produk tas impor dari China, sehingga perajin dapat kembali memproduksi tas seperti sebelumnya.
Anang Zainuddin